Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menargetkan pertumbuhan volume pengelolaan gas bumi pada tahun 2020. Direktur Utama PGAS Gigih Prakoso menjelaskan, kenaikan yang disasar meliputi volume distribusi sebesar 3% atau setara 980 billion british thermal unit per say (Bbtud) atau naik dari capaian sepanjang 2019 lalu yang sebesar 949 Bbtud.
"Dan kenaikan volume transmisi sebesar 1% atau setara milion standard cubic feet per day (MMscfd) dan volume regasifikasi targetnya naik sebesar 5% atau setara 126 Bbtud," ujar Gigih di Gedung DPR RI, Senin (10/2).
Baca Juga: Penurunan harga gas industri diminta jangan mematikan industri mid stream gas
Asal tahu saja, pada 2019 lalu PGAS mencatatkan volume transmisi dan regasifikasi masing-masing sebesar 1.369 MMscfd dan 120 Bbutd.
Direktur Komersial PGN Dilo Seno Widagdo bilang sejumlah upaya akan dilakukan demi merealisasikan target tersebut. "Lewat penambahan pelanggan baru, khususnya sektor industri," kata Dilo dalam kesempatan yang sama.
Asal tahu saja, pada tahun ini PGAS berencana menambah 650 pelanggan dari sektor industri. Dilo menjelaskan, kawasan-kawasan industri yang disasar meliputi Karawang, Bekasi, dan Jawa Timur.
Selain itu, pada tahun ini PGN juga akan memulai fokus pada proyek gasifikasi 52 pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Gigih mengungkapkan untuk proyek ini sembari menanti jadwal beroperasinya pembangkit milik PLN. "Ada beberapa daerah pembangkitnya belum dibangun oleh PLN. Kami ikut PLN. Tapi kalau misalnya sudah ada, bisa kami masuk di tahap I," terang Gigih.
Disisi lain, Direktur Keuangan PGAS Arie Nobelta Kaban bilang investasi diperkirakan mencapai US$ 2 miliar. Kendati demikian ia, memastikan pihaknya masih akan melakukan analisis keekonomian terlebih dahulu.
"Belum ada skemanya yg jelas, ini masih tahap awal permennya kan baru keluar. sekarang lagi dibahas dengan PLN, baru dibahas masalah analisa feasibility studynya, baru itu. Belum jauh perjalanannya," kata Arie.
Kontan.co.id mencatat, PGAS menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 500 juta hingga US$ 700 juta. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan capex tahun 2019 yang hanya sekitar US$ 225 juta.
Baca Juga: PGN siap perkuat lini bisnis LNG Trading internasional di Asia dan Eropa
Direktur Utama Perusahaan Gas Negara Gigih Prakoso Soewarto mengatakan penggunaan capex akan difokuskan untuk pengembangan organik perusahaan. “Terutama untuk pengembangan beberapa lapangan dari Pangkah seperti Sedayu dan West Pangkah, Tambakboyo, dan sebagainya,” ujar Gigih
Gigih menambahkan, ketiga lapangan eksplorasi tersebut saat ini menjadi fokus pengembangan Saka Energi. Sehingga, investasi pun bakal difokuskan ke sana.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS): PLN hemat Rp 1,92 triliun lewat gasifikasi pembangkit
Selain itu, Gigih pun tidak menutup kemungkinan bagi PGAS untuk melakukan pertumbuhan anorganik salah satunya dengan melakukan akuisisi aset.
“Dan kami juga melihat peluang-peluang untuk melakukan pertumbuhan anorganik seperti dengan akuisisi apabila memang aset tersebut cocok untuk bisa dikembangkan oleh Saka Energi dalam rangka memperbaiki portofolio,” sambungnya.
Sementara itu, pendapatan PGAS sepanjang kuartal III 2019 tercatat sebesar US$ 2,81 miliar, atau turun tipis 2,68% dari pencapaian periode sama tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 2,88 miliar.
Pendapatan terbesar disumbang oleh pendapatan dari distribusi gas yang mencapai US$ 2,18 miliar, disusul oleh penjualan minyak dan gas neto sebesar US$ 292,08 juta pendapatan transmisi gas senilai US$ 181,13 juta, dan pemprosesan gas senilai US$ 80,93 juta.
Adapun, sepanjang kuartal III 2019, PGAS membukukan laba sebesar US$ 176,45 juta. Angka ini merosot 40,57% jika dibandingkan dengan laba kuartal III 2018 yang senilai US$ 296,90 juta.
Baca Juga: PGN (PGAS) akan pasok LNG untuk konversi pembangkit listrik BBM PLN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News