kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pindad luncurkan Divisi Teknologi Cyber Security


Rabu, 18 Oktober 2017 / 07:00 WIB
Pindad luncurkan Divisi Teknologi Cyber Security


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA . Ancaman perang cyber sudah dekat dan makin tak terbendung. Sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara yang memproduksi peralatan tempur dan pertahanan, PT Pindad pun berinovasi dengan meluncurkan Divisi Teknologi Cyber Security.

Peluncuran divisi baru di Pindad itu dilakukan pada acara Indonesia International Cyber Security Leader 2017 yang digelar di Ballroom Ayana, Midplaza, Jakarta, Selasa (17/10).

"Acara ini adalah progres yang kami tunjukkan kepada publik mengenai embrio bernama Pindad Cyber Advance System. Ini adalah sebuah unit terbaru di Pindad yang didirikan dua tahun yang lalu, untuk mengantisipasi gangguan keamanan nasional," ujar Direktur Bisnis Produk Hankam Pindad Widjajanto. 

Widja mengakui pihaknya, sebagai satu-satunya industri pertahanan militer bergerak cepat mengikuti perubahan pola peperangan di dunia yang banyak mengandalkan serangan cyber. 

"Pola perang dan ancaman kini sudah berubah, bukan saja melalui serangan amunisi, tank, dan pesawat, tapi serangan melalui cyber. Yang terkenal kemarin adlah Wanna Cry," tutur Widja.

Dalam embrio Pindad Cyber Advance System itu, Pindad sudah mengikat kerjasama dengan dua perusahaan, yakni perusahaan penyelenggara pelatihan cyber Multimatics dan perusahaan sertifikasi teknologi asal Jerman TUV SUD.

"Pindad sendiri, saat ini sudah bekerja sama dengan beberapa partner internasional untuk mengadakan beberapa pelatihan," katanya.

Concern Pindad kepada pelatihan di tahap awal, ujar Widja, sengaja untuk menciptakan para pengguna peralatan teknologi cyber yang akan dirilis tahun depan. Pindad juga selalu mensyaratkan perusahaan atau lembaga yang menjadi klien mereka untuk mengikuti pelatihan .

"Alat penyadapan, hacking bisa kami hadirkan, tapi kalau operator yang mendalami knowledge-nya itu yang susah. karena itu kami mensyaratkan kepada klien yang akan menggunakan jasa pindad harus menyiapkan local power. Karena kami ingin semuanya dikendalikan 100 persen oleh orang Indonesia. Ini yang membuat kami berbeda dengan provider cyber security lainnya yang ada di dunia," Tegas Widja yang pernah menjabat Sekjen PSSI itu.

Produk dari Pindad Cyber Advance System itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu peralatan teknologinya yang akan dirilis tahun depan, pelatihan, dan pengayaan untuk perkembangan.

Pindad sendiri sudah memiliki pusat pelatihan seluas 1500 meter persegi di menara AXA, Kuningan, Jakarta Selatan. Dari tempat itu, Pindad menggelar pelatihan dan sertifikasi. Beberapa lembaga yang tercatat sudah mencicipi fasilitas Pindad itu di antaranya adalah Divisi Cyber Crime Bareskrim Polri, Kementerian Pertahanan, dan menyusul Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) jika telah terbentuk.

"Biasanya dulu untuk pelatihan harus ngirim orang ke belanda, ke hawai, kini cuku ke Kuningan. Alhamdulillah, secara pelan orang sudah tahu Pindad punya lembaga training IT," ujar Widja.

Sayangnya Widja enggan membuka berapa nilai yang telah diinvestasikan Pindad untuk membentuk Pindad Cyber Advance System itu.

"Bayangkan saja kami menyewa mall di kuningan. Dengan investasi ini, lembaga besar seperti TUV SUD dan  pun langsung mau bekerja sama dengan kami," ujar Widja.

Senada Direktur Multimatics Agus Setiawan, mengungkapkan tujuan seminar di acara Indonesia International Cyber Security Leader 2017 adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan institusi pemerintah dan perusahaan tentang pentingnya pertahanan dan keamanan informasi. 

"Kita ingin mereka bisa menggunakan teknologi, sekaligus kuat juga dengan pengamanannya. Saya yakin ini tidak stop di sini saja. Ini kita buat sebagai sarana edukasi mengenai pentingnya keamanan informasi," ujar Agus.

Menurut dia, rendahnya kesadaran institusi dan perusahaan tergambar dari perilaku rajin beli software, dan beli alat, tapi abai melatih sumber daya manusia. Data itu tergambar dari masih rendahnya jumlah profesional di Indonesia yang tersertifikasi.

"Indonesia ini dari segi angka belum menggembirakan, dengan ajumlah penduduk 250 juta, yang baru tersertifikasi Certified Information Systems Security Professional (CISSP) baru ratusan, sementara Singapura yang penduduknya tak seberapa sudah ribuan yang tersertifikasi," ujar Agus memberi perbandingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×