Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Meski tidak menerangkan dengan detail porsi dari kerjasama ini, tapi Yunis memastikan bahwa pengoperasian panas bumi di delapan WKP tersebut tidak akan dikelola oleh pengembang swasta (Independent Power Producer/IPP). Melainkan tetap akan dipegang oleh PLN Gas dan Geothermal selaku anak usaha dari PT PLN (Persero).
Menurut Yunis, kerjasama ini diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dalam pemanfaatan energi panas bumi. Yunis memastikan, mitra yang terpilih telah terseleksi memiliki kemampuan di bidang hulu atau dalam pengeboran dan eksplorasi.
"Sementara PLN punya kekuatan di pembangkit, nah kita cari kolaborasi yang optimal," jelasnya.
Yunis menyebut, eksplorasi di delapan WKP tersebut bisa rampung pada akhir tahun depan. Setelah potensi sumber daya bisa terkonfirmasi, kata Yunis, pihaknya akan segera melakukan konstruksi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Baca Juga: Berikut rincian 1.948,5 MW PLTP yang telah terpasang
Ia menargetkan, PLTP dari delapan WKP tersebut bisa beroperasi komersial (Commercial Operation Date/COD) pada rentang 2023-2024.
Sementara untuk tiga WKP lainnya yang dimiliki PLN, Yunis bilang bahwa pihaknya pun akan terus melakukan pengembangan. Saat ini, PLN telah mengelola dua WKP, yaitu PLTP di Ulumbu-Flores berkapasitas 4 x 2,5 MW dan Matoloko-Pulau Ende dengan kapasitas 2,5 MW.
Pada kedua wilayah itu, Yunis menyebut bahwa pihaknya akan menambah kapasitas masing-masing sekitar 20 MW. "Insha Allah tahun depan sudah mulai persiapan dan konstruksi pembangkit. Target (COD)-nya sekitar 2022," ujarnya.
Sementara untuk pengembangan WKP Tulehu di Ambon, Yunis menerangkan bahwa pihaknya telah menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan studi kelayakan. Rencananya, WKP tersebut akan dikembangkan untuk menyedot setrum sebesar 2 x 10 MW.
Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy targetkan miliki kapasitas listrik 1.112 MW di 2026
Adapun, terkait dengan belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun ini, Yunis mengatakan bahwa pihaknya belum membutuhkan dana yang signifikan. Hal itu lantaran kebutuhan tahun ini hanya untuk keperluan studi geothermal, dan tidak ada pengeluaran untuk pembangunan konstruksi.
Alhasil, Yunis menyebut bahwa hingga tutup tahun nanti, capex PLN khusus untuk geothermal hanya berkisar Rp 40 miliar. Saat ini, Yunis bilang, pihaknya telah menyerap dana sekitar Rp 30 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News