kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,58   6,00   0.67%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLTS dinilai jadi opsi terbaik kejar bauran energi dan rasio elektrifikasi


Rabu, 17 Februari 2021 / 13:09 WIB
PLTS dinilai jadi opsi terbaik kejar bauran energi dan rasio elektrifikasi
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dinilai menjadi opsi terbaik dalam mendorong percepatan pemanfaatan bauran energi sebesar 23% di tahun 2025.

Terlebih lagi, pembangunan PLTS memiliki kelebihan berupa lebih cepat dan mudah dibangun dibanding pembangkit yang lain. Tak hanya itu, PLTS juga menjadi solusi dalam mempercepat rasio elektrikasi.

"Kami melihat pendekatan yang paling cepat melalui program pemanfaatan energi surya. Kan ini ada di mana pun, tidak terlalu sulit untuk studi kelayakan membangun PLTS, apalagi untuk di atas atap," kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana dalam siaran pers di situs Kementerian ESDM, Rabu (17/2).

Baca Juga: Pemprov Jateng targetkan bauran EBT mencapai 21,32% pada 2025

Dadan menggambarkan, kondisi bauran EBT dalam bauran energi nasional di akhir 2020 telah mencapai 11,5% atau separuh dari target yang ditetapkan. Pencapaian ini harus sejalan dengan komitmen pencapaian penurunan gas rumah kaca sebesar 29% di tahun 2030.

"Kita hanya punya waktu 5 tahun untuk menuju ke sana. Jadi, kalau EBT tidak tercapai, pasti target penurunan gas rumah kaca pun tidak akan tercapai," jelasnya.

Guna mendukung pencapaian target tersebut, Kementerian ESDM tengah menyusun grand strategi energi nasional untuk jangka menengah hingga tahun 2035.

Lewat grand strategi tersebut, fokus pemerintah adalah mengurangi atau menghilangkan impor dari energi bahan bakar minyak, kemudian beralih menuju penggunaan energi terbarukan.

Dalam perencanaan tersebut, PLTS akan mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan energi di masa mendatang melalui pemberian insentif khusus.

“Kami ada program PLTS terapung, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sekarang sedang disusun dan kami akan memasukkan semua waduk yang ada di Jawa," terang Dadan.

Salah satu PLTS yang sedang dibangun adalah PLTS Terapung Cirata yang diyakini harga listriknya sudah di bawah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik pembangkitan di Jawa.

Baca Juga: Pemerintah sosialisasikan regulasi penerapan modul PV silikon kristalin untuk PLTS

Menurut Dadan, pengembangan PLTS ini akan jauh lebih baik apabila dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Hampir semua PLTA digunakan sebagai peaker yang hanya digunakan saat beban puncak dan tidak dapat digunakan selama 24 jam karena ketersediaannya semakin terbatas.

"Umumnya dipakai sore hari, nah siangnya, logisnya, PLTA digantikan dengan PLTS, jadi ini PLTA dan PLTS ini saling mengisi," tuturnya.

Melalui pemanfaatan PLTS, pemerintah berharap dapat meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi dengan berpijak kepada energi bersih. Di samping itu, pemanfaatan PLTS juga dapat berdampak pada peningkatan daya saing dari sisi kegiatan ekonomi.

Pemanfaatan PLTS juga bisa menjadi solusi dalam mengejar rasio elektrifikasi melalui konversi PLT Diesel ke PLT EBT.

Sejalan dengan rencana Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga tengah mengembangkan PLTS Atap lantaran penggunaan ini dinilai lebih murah karena tidak membutuhkan lahan baru dalam pengembangannya.

"Karena tidak butuh lahan baru, kita komitmen pengembangan PLTS Atap agar bisa panen listrik gratis," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Wibowo.

Demi mendukung program tersebut, Pemprov Jawa Tengah telah mengeluarkan surat edaran terkait implementasi PLTS Atap pada Maret 2019 untuk dipasang pada sejumlah kantor-kantor pemerintahan.

Pembangunan PLTS Atap di Jawa Tengah sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2017 dengan menggunakan dana APBD dengan kapasitas 35 KWp.

Baca Juga: Pemerintah targetkan pembangunan PLTS terapung capai 1,9 GW

Lalu, pada tahun 2018 terdapat PLTS Atap di Bappeda Jawa Tengah berkapasitas 30 KWp dan tahun 2019 dibangun PLTS Atap di Gedung Sekretariat DPRD Jawa Tengah dengan kapasitas 30 KWp.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa optimistis, dalam satu dekade perkembangan PLTS di dunia akan semakin pesat.

Hingga saat ini, tercatat sudah ada sekitar 627 gigawatt (GW) PLTS terpasang di seluruh dunia, sedangkan sepanjang 2020 ada penambahan sekitar 107 GW PLTS di seluruh dunia dengan berbagai aplikasi pemasangannya, mulai dari PLTS ground-mounted (di atas tanah), PLTS terapung di waduk atau danau, dan PLTS atap.

"Menurut laporan International Energy Agency tahun lalu menyebutkan bahwa solar is new king. PLTS akan menjadi raja baru menggantikan PLTU batubara. Dalam 4 - 5 tahun ke depan PLTS akan tumbuh setiap tahun rata-rata 130 GW—170 GW," tutup Fabby

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×