kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,92   5,28   0.57%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLTU Sumsel 8 gunakan teknologi FGD untuk tekan emisi gas buang


Rabu, 17 November 2021 / 11:02 WIB
PLTU Sumsel 8 gunakan teknologi FGD untuk tekan emisi gas buang


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8 di Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan ditargetkan bisa selesai pada Maret 2022 mendatang. 

Saat ini, kemajuan pembangunan PLTU mulut tambang berkapasitas  2 X 660 Mega Watt (MW) yang disebut-sebut sebagai PLTU mulut tambang terbesar di Asia Tenggara itu sudah mencapai  92,84%. Kemajuan pembangunan ini disampaikan oleh  Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi.

"Kami baru saja menerima laporan progresnya sudah lebih dari 92 persen. Semoga lancar sesuai target dan dapat bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, menguatkan sistem kelistrikan Sistem Sumatera," ujar Agung dalam keterangan tertulis.

Seperti diketahui, PLTU Sumsel 8 merupakan bagian dari proyek 35.000 megawatt (MW). Pembangkit ini dibangun oleh PTBA melalui PT PT HBAP sebagai pengembang listrik (Independent Power Producer/ IPP). 

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) optimistis proyek PLTU Sumsel 8 kelar pada Maret 2022

PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Berdasarkan estimasi HBAP, proyek PLTU ini diperkirakan bakal  membutuhkan pasokan batubara sekitar 5 juta ton per tahun. Rencannya, kebutuhan tersebut bakal dipasok dari i IUP Bangko, di wilayah tambang PTBA Tanjung Enim.

Deputi GM Huadian Bukit Asam Power (HBAP), Gusti Anggara menyampaikan, PLTU Sumsel 8 bakal memakai teknologi ramah lingkungan, yakni super critical, demi mendukung pencapaian net zero emission.

Selain itu, dalam rangka menekan emisi gas buangnya, PLTU Sumsel 8 juga menerapkan teknologi flue gas desulfurization (FGD) yang digunakan untuk meminimalkan sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar fosil batubara.

“FGD merupakan proses pencampuran emisi gas hasil pembakaran batubara dengan zat pengikat berupa kapur basah (CaCO3) agar kandungan sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer menjadi rendah,” terang Gusti.

Selanjutnya: Pelaku usaha pertambangan pastikan pemenuhan DMO batubara dilakukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Strategi Penagihan Kredit / Piutang Macet secara Dini & Terintegrasi serta Aman dari Jerat Hukum

[X]
×