kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PMI manufaktur kuartal III 2019 rendah, Kemenperin salahkan perang dagang AS-China


Selasa, 08 Oktober 2019 / 17:56 WIB
PMI manufaktur kuartal III 2019 rendah, Kemenperin salahkan perang dagang AS-China
ILUSTRASI. Pabrik botol kaca PT Kangar Consolidated Indonesia


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - PADANG. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara berkata jika penurunan Purchasing Manager's Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada kuartal III 2019 merupakan akibat dari perang dagang antara AS dan China.

Berdasarkan keterangan rilis data dari IHS Markit, PMI manufaktur domestik berada di posisi 49,1. Angka ini, diklaim, menjadi yang terendah sejak 2016.

Baca Juga: Sekjen Kemenperin: Industri mamin dan otomotif Indonesia bergeliat

Mengacu pada data IHS Markit, sepanjang kuartal III 2019, posisi PMI Indonesia konsisten berada di bawah level 50% dengan rata-rata 49,2%. Nilai 49,1% sendiri naik 10 basis poin dari posisi bulan sebelumnya.

"Perang dagang antara AS dan China memang berdampak pada hasil tersebut. Tidak hanya Indonesia, penurunan PMI juga terjadi di seluruh negara di Asia Tenggara, Singapura dan Malaysia juga," ungkap Ngakan Timur Antara usai Workshop Pendalaman Kebijakan Industri di Padang, Sumatera Barat, Selasa (8/10).

Ia berkata salah satu solusi untuk memacu kembali industri manufaktur adalah melakukan efisiensi dan mengimplementasikan industri 4.0. Sampai akhir tahun, Ngakan berkata pihaknya masih akan fokus mendidik sumber daya manusia (SDM) demi meningkatkan produktifitas.

"Harapannya PMI bisa kembali lagi ke level 5,00 setelah industri 4.0 diimplementasikan. Itu harapan kita. Sementara itu, perlu juga untuk memberi pendidikan pada SDM, jadi akan ada pemetaan dan kajian juga untuk melihat kendalanya," lanjut Ngakan.

Baca Juga: Sekjen Kemenperin: industri kimia dan petrokimia belum didukung investasi kuat

Namun demikian, dirinya tidak berani mengestimasi penutupan nilai PMI pada akhir tahun mendatang. "Saya tidak bisa meramal seperti itu," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenperin Achamad Sigit Dwiwahjono, merespon bahwa permintaan di pasar global menurun akibat seiring dari penurunan perekonomian global. Hal ini yang kemudian membuat industri nasional menyesuaikan kapasitas produksinya.

Lebih jauh, Sigit menilai penurunan PMI tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan perekonomian nasional. Dia berharap pelemahan PMI pada kuartal III 2019 tidak menyebabkan tingkat pertumbuhan pada akhir tahun lebih rendah dari 5%.

“Pelemahan PMI mungkin saja menyebabkan PDB turun 0,1% secara full year,” pungkasnya.

Baca Juga: Kementerian Perindustrian prioritaskan 5 sektor ini dalam road map industri 4.0

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×