Reporter: Amalia Fitri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santoso optimistis bisnis ritel di Indonesia masih bisa berkembang sebab memiliki potensi modal buying power.
Beberapa modal tersebut, antara lain populasi yang tinggi, upah minimum regional (UMR) yang tiap tahun meningkat, lalu pertumbuhan ekonomi di atas 5%. "Walau angka pertumbuhan ini masih lebih kecil dibandingkan China, namun mayoritas diisi oleh konsumsi domestik. Ini yang perlu terus ditonjolkan dan dikembangkan lagi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/1).
Ia menambahkan, walau saat ini bisnis belanja online menjamur dimana-mana, masih banyak konsumen yang perlu belanja ke toko offline untuk melihat dan memegang langsung produk yang ingin dibeli.
Baca Juga: Lesunya penjualan ritel tak mengganggu bisnis Mitra Adiperkasa (MAPI)
Dengan strategi memperbanyak fasilitas promosi dan layanan di gerai, peritel bisa membuat pelanggan menjadi semakin terikat dengan produknya.
"Misalnya, jasa memotong kain untuk ritel fesyen atau promo membership. Ini yang membuat pelanggan bisa terus kembali," tambahnya.
Handaka mengatakan, strategi ekspansi peritel juga perlu diperhatikan. Bersandar pada pengalamannya mengelola SOGO Department Store, Handaka selalu membidik daerah besar di luar Jakarta.
Handaka menilai, kawasan Palembang, Makassar, dan Medan, merupakan sedikit dari beberapa daerah yang potensial dan bertumbuh pesat.
"Jika semua gerai dibuka di Jakarta, khawatir akan semakin jenuh, maka perlu ekspansi ke luar Jakarta. Namun perhatkan pula kota yang pertumbuhannya pesat," kata dia.
Selain itu, peritel juga mesti sensitif menyesuaikan selera dan berani mengubah konsep ritel seperti one stop shopping. Tak hanya berbelanja, di dalam gerai ritel terdapat sarana penunjang gaya hidup lainnya.
Lalu, jeli melihat karakter konsumen yang memang cocok dengan suatu barang atau yang fanatik. Dengan menghadirkan beragam gerai, pelanggan tidak perlu jauh ke Singapura, Bangkok, atau Jepang untuk mendapatkan suatu barang.
Baca Juga: Bersiap, empat mal baru segera hadir di Jakarta
"Dengan kata lain, tidak perlu menjauhi produk impor. Level ini memang kendalinya ada di tangan pemerintah, yaitu membuka produk impor di Indonesia sehingga bisa menarik pelanggan fanatik maupun pengguna yang cocok dengan barang tersebut di Indonesia, sekaligus memicu kedatangan turis asing," jelasnya lagi.
Dengan demikian, kata Handaka, Indonesia bisa terbuka untuk menjadi negara wisata belanja, tidak hanya wisata alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News