kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Populasi susut, ekspor kepiting dan rajungan turun


Senin, 11 Mei 2015 / 17:05 WIB
Populasi susut, ekspor kepiting dan rajungan turun
ILUSTRASI. Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada Selasa (28/11) ditutup menguat ke level 7.041


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Populasi rajungan atau blue swimming crab (portunus pelagicus) dan kepiting tercatat merosot dalam beberapa tahun terakhir. Alhasil, ekspor kedua komoditas ini ikut terpangkas.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) volume ekspor kepiting dan rajungan tahun 2013 mencapai 34.172 ton dengan nilai US$ 359,3 juta. Tahun 2014, volume ekspor tinggal 28.090 ton dengan nilai US$ 414,3 juta ton.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, ketergantungan produksi dari hasil penangkapan di alam menjadi penyebab jumlah populasi kedua komoditas ini turun. Inilah alasan KKP menerbitkan peraturan no. 1/2015 perihal larangan ekspor bibit lobster, dan lobster bertelur.

"Karena itu, upaya yang dilakukan oleh KKP adalah mendorong produksi rajungan, kepiting dan juga lobster dari budidaya sehingga produksinya tidak tergantung dari alam," ujar Slamet, Senin (11/5).

Menurut Slamet, permintaan pasar global yang meningkat setiap tahunnya mendorong pemenuhan kebutuhan tersebut. Tapi karena selama ini tergantung dari hasil penangkapan di alam, volume ekspor rajungan dan kepiting berfluktuasi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2012, ekspor kepiting dan rajungan hanya 28.211 ton dengan nilai US$ 329,7 juta.

Salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yaitu Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar telah mampu membenihkan komoditas rajungan dan kepiting ini. Benih rajungan dan kepiting yang di produksi oleh BPBAP Takalar, selain di gunakan untuk budidaya, juga disediakan untuk melakukan restocking (penebaran kembali) di alam.

Setiap dua tahun sekali, BPBAP Takalar melakukan penebaran minimal 100.000 ekor crablet rajungan di habitat aslinya seperti di Pantai Boddia, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. 

Sudah 2 juta benit yang ditebar sejak tahun 2007. Dampak nyata dari kegiatan restocking ini adalah peningkatan jumlah populasi rajungan dan kepiting di alam sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti menambahkan, tujuan lain dari budidaya ini adalah menciptakan keberlanjutan usaha ramah lingungan, efektif, efisien, dan mendukung keberlanjutan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi di masa yang akan datang. Diharapkan, sektor ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×