Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membeberkan sejumlah tantangan dan capaian industri pengolahan non-migas alias sektor manufaktur pada tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Seperti diketahui, pada Senin (20/10/2025) ini, pemerintahan Prabowo - Gibran genap berusia satu tahun.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan dalam setahun terakhir ini pelaku industri berhadapan dengan dinamika perdagangan global yang mengalami perubahan signifikan.
Tantangan utama datang dari kebijakan tarif dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, serta ketegangan geo-politik, khususnya di Timur Tengah.
Baca Juga: Setahun Prabowo - Gibran, Kemenperin Ungkap Kinerja dan Target Industri Manufaktur
Kondisi tersebut berdampak terhadap rantai pasok global. Selain itu, dalam periode tertentu memicu kenaikan harga energi dan logistik, yang mengerek biaya produksi dan berdampak terhadap daya saing industri dalam negeri.
Di tengah tantangan itu, Menperin mengungkapkan bahwa kinerja industri manufaktur masih bisa tumbuh. Kemenperin mencatat, pada periode triwulan IV-2024 sampai dengan data triwulan II-2025, kinerja sektor manufaktur tumbuh 4,94% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sepanjang triwulan IV-2024 hingga triwulan II-2025, sektor manufaktur memberi kontribusi sebesar 17,24% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
"Ini mencerminkan kecenderungan sektor manufaktur yang tetap ekspansif dan mempertahankan peran strategis sebagai tulang punggung perekonomian," kata Agus dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (20/10/2025).
Baca Juga: Prabowo Ingatkan Kepala BGN Tidak Paksakan Kejar Target 40 Juta Penerima MBG
Dari sisi ekspor, dalam periode Oktober 2024 - Agustus 2025, nilai ekspor sektor manufaktur tercatat sebesar US$ 202,9 miliar. Jumlah itu setara dengan 78,75% dari total ekspor nasional sebesar US$ 257,6 miliar.
Dari sisi investasi, sektor manufaktur menarik investasi senilai Rp 568,4 triliun selama Oktober 2024 - Juni 2025 atau 40,72% dari total investasi nasional.
Sejalan dengan itu, hingga Februari 2025 sektor manufaktur menyerap 19,55 juta tenaga kerja atau 13,41% dari total tenaga kerja nasional.
Secara operasional dari sisi pemanfaatan kapasitas produksi, rata-rata tingkat utilisasi industri manufaktur periode Oktober 2024 - Agustus 2025 mencapai 62%. "
Angka ini menunjukkan masih besarnya ruang ekspansi manufaktur nasional untuk mengoptimalkan kapasitas produksinya," ungkap Agus.
Jika dirinci pada masing-masing sub-sektor, Menperin mengungkapkan pada periode triwulan IV-2024 hingga triwulan II-2025, ada delapan sub sektor manufaktur yang tumbuh di atas 5%.
Baca Juga: Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran, Pertamina Perluas Akses Energi Daerah Terpencil
Sub sektor industri logam dasar tumbuh paling tinggi sebesar 12,27%. Disusul oleh Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki (8,13%), serta Industri Makanan dan Minuman (6,18%).
Sementara itu, industri tekstil dan pakaian jadi tercatat masih bisa tumbuh sebanyak 5,36%. Industri lain yang tumbuh di atas 5% adalah Industri Barang Logam, Elektronik, dan Peralatan Listrik; Industri Pengolahan lainnya; Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional, serta Industri Mesin dan Perlengkapan.
Sedangkan sub sektor yang tumbuh di bawah 5% di antaranya adalah industri furnitur (3,49%), Industri Kertas dan Barang dari Kertas (2,55%), Industri Karet dan Plastik (2,27%), Industri Pengolahan Tembakau (0,87%), dan Industri Barang Galian Bukan Logam (0,18%).
Di sisi lain, ada industri yang mengalami kontraksi, yakni Industri Kayu dan anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (-1,18%) dan Industri Alat Angkutan (-1,91%). "Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa sub sektor tertentu membutuhkan perhatian lebih, terutama dalam peningkatan daya saing, efisiensi produksi, dan dukungan pasar," tegas Agus.