Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kanker merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan kematian di dunia. Pada tahun 2017, diprediksikan hampir 9 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat kanker dan akan terus meningkat hingga 13 juta orang per tahun di 2030.
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk atau sekitar 347.000 orang.
Peningkatan jumlah kasus kanker di Indonesia terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014, pasien kanker mencapai 710.216 orang. Pada bulan September 2017, jumlah kasus meningkat hingga 1,3 juta pasien dengan biaya ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sebesar Rp 2,1 triliun.
Tingginya prevelansi penyakit kanker di Indonesia mendorong PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) untuk melakukan inovasi dengan menghadirkan pemeriksaan genomik yang dinamakan Cancer Risk (CArisk). Pemeriksaan CArisk ini dianjurkan untuk individu mulai dari 18 tahun, sehingga sudah mampu memberikan consent (persetujuan) serta dapat sedini mungkin mencegah perkembangan terjadinya kanker.
Pemeriksaan CArisk merupakan pemeriksaan genomik yang digunakan untuk menganalisis lebih dari 64 gen dan 65 varian terkait dengan risiko 9 jenis kanker yaitu kanker payudara, usus besar atau kolorektal, serviks, hati, pankreas, paru, lambung, tiroid dan uterus.
Sekitar 5% hingga 10% dari semua jenis kanker dianggap terkait dengan gen yang diwariskan atau diturunkan melalui keluarga. Seseorang yang memiliki gen terkait kanker yang diwariskan atau diturunkan, belum tentu akan terkena kanker namun hal tersebut memberikan informasi bahwa orang tersebut berisiko lebih tinggi untuk terkena jenis kanker tertentu.
Dewi Muliaty, Direktur Utama PRDA menjelaskan bahwa inisiatif Prodia dalam menghadirkan pemeriksaan CArisk sejalan dengan komitmen Prodia dalam menyediakan konsep pengelolaan kesehatan berbasis individu (personalized medicine).
“Melalui pemeriksaan CArisk, seseorang dapat mengetahui seberapa besar risiko dirinya terhadap penyakit kanker. Dengan diketahuinya informasi genetik masing-masing individu maka hal ini akan membantu individu tersebut dalam menentukan strategi pencegahan dan pengobatan secara personal agar dapat terhindar dari kanker,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (8/11)
Trilis Yulianti, Product Manager PRDA menambahkan bahwa risiko-risiko yang teridentifikasi dalam pemeriksaan CArisk dapat dikelompokkan menjadi risiko tinggi (high risk), risiko potensial (potential risk), risiko rata-rata (average risk) dan risiko rendah (low risk) yang merupakan cerminan dari kerentanan seseorang.
“Pengelompokan risiko ini tidak serta merta menandakan bahwa seseorang pasti terkena kanker karena perkembangan kanker di kemudian hari dapat dicegah dengan cara perubahan gaya hidup dan pengelolaan kesehatan dengan baik,” tambahnya.
Pemeriksaan CArisk ini termasuk golongan pemeriksaan esoterik atau khusus. Global Market Insights memperkirakan bahwa market size pemeriksaan esoterik di China Market yang mewakili sebagian besar Asia, akan tumbuh pada level CAGR 12.5% untuk periode 2018 - 2024.
Pelanggan yang melakukan pemeriksaan CArisk akan memperoleh informasi mengenai risiko jenis-jenis kanker dan strategi untuk mengurangi risiko kanker yang teridentifikasi yang meliputi modifikasi gaya hidup, pola makan, maupun lainnya. Pemeriksaan CArisk ini cukup dilakukan satu kali seumur hidup.
Hingga saat ini, Prodia adalah satu satunya laboratorium klinik di Indonesia yang mampu mengerjakan pemeriksaan CArisk. Sebagai Next Generation Healthcare Provider dengan jejaring layanan terbesar di Indonesia, Prodia selalu mengembangkan tes-tes pemeriksaan terbaru serta melengkapi jenis tes dan panel pemeriksaan kesehatan agar dapat melayani kebutuhan pemeriksaan kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin meningkat. Saat ini, terdapat kurang lebih 700 jenis tes pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan oleh Prodia secara mandiri.
Selain CArisk, Prodia juga telah menghadirkan pemeriksaan genomik risk lainnya yang dapat digunakan untuk memetakan risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, autoimun dan kanker berdasarkan genetiknya.
Disamping itu, Prodia juga menyediakan pemeriksaan mutasi gen EGFR ctCDNA dan ultrasensitive EGFR Mutation T790M untuk menetapkan pengobatan kanker paru; ProHealthy Gut untuk pemeriksaan kesehatan usus, ProSafe untuk pemeriksaan non-invasive prenatal testing (NIPT) yaitu pemeriksaan unggulan untuk memprediksi risiko kehamilan bayi down syndrome; serta kerjasama rujukan Analisis Telomere untuk mengetahui usia biologis manusia. Prodia merupakan laboratorium klinik pelopor di Indonesia yang menyediakan tes-tes pemeriksaan terbaru.
Prodia menargetkan 19% penggunaan dana dari IPO diperuntukkan untuk pengembangan layanan laboratorium, termasuk Lab Genomik yang didukung dengan sistem bioinformatics yang saat ini sudah beroperasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News