Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar laptop di Indonesia saat ini dikuasai oleh produk-produk dari impor, bahkan sekitar 80% produk laptop yang dipasarkan di Indonesia adalah produk impor.
Emiten yang bergerak di bidang perdagangan komputer dan perlengkapan komputer, PT Tera Data Indonusa Tbk (AXIO) memiliki strategi untuk bisa bertahan dan mampu bersaing dengan produk laptop merek asing.
Corporate Secretary AXIO Luhur Budiman mengatakan, cara Axio untuk bisa bertahan melawan serbuan dari merek-merek yang di luar negari adalah salah satunya bisa dilihat dari rekam jejak Axio yang telah hadir selama lebih dari 30 tahun dengan dimiliki dan dikelola oleh orang Indonesia.
Ia menuturkan, selain laptop merek Axio, tahun 1997 pihaknya juga sudah menciptakan brand memory bernama visipro yang menjadi pionir dan pertama kali di seluruh dunia untuk fasilitas garansi seumur hidup dan hampir diikuti oleh merek-merek memory lain yang ada di dunia saat ini.
"Salah satu strategi utama kami adalah dengan memberikan layanan purna jual, bukan sekadar merek saja. Prinsip kami life time partner konsumen kami. Jadi konsumen harus percaya bahwa adanya merek ini akan menjadi life time partner, seperti Visipro yang dari 1997 sampai saat ini masih ada," kata Luhur kepada KONTAN, Selasa (30/1).
Baca Juga: Tera Data (AXIO) Akan Membagikan Dividen Interim Senilai Rp 52,56 Miliar
Pada saat Axio dibangun 2004, kata dia, pihaknya mencanangkan strategi yang sama dengan produk Visipro. Axio akan menjadi produk dengan inovasi tinggi dan harga terjangkau.
Ia menerangkan, Axio harus menciptakan layanan purna jual yang prima. Sejak pertama kali Axio diciptakan, fokus Axio adalah membangun layanan purna jual yang ada di seluruh Indonesia.
"Hari ini tercatat sudah ada 31 cabang di Indonesia dengan produksi laptop kurang lebih 200 ribu unit per bulan, membangun jaringan purna jual service center lebih dari 174 titik di seluruh Indonesia," ujar Luhur.
Di tahun ini, Luhur menyampaikan Axio juga bekerja sama dengan pendidikan vokasi di Indonesia dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) dengan transfer teknologi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membantu menjadi layanan titik drop point service center Axio bernama Axio Care SMK.
Dengan kerja sama tersebut, anak SMK bisa belajar teknologi laptop dan mendukung layanan purna jual untuk produk-produk Axio di daerah-daerah sekelilingnya.
Selain itu, cara lain yang dilakukan oleh Axio dengan melakukan kampanye brand untuk membeli produk-produk Indonesia. Kampanye dilakukan dengan cara kegiatan sosial di masyarakat, program link and match, kerja sama antara dunia industri dan dunia pendidikan sejak 10 tahun yang lalu, dan melakukan transfer teknologi ke ratusan SMK dan universitas di seluruh Indonesia.
Selain itu, Luhur menyampaikan salah satu bentuk kepercayaan yang dibangun kepada masyarakat Indonesia, sejak 2021 Axio sudah melantai di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan produk Axio, keuntungan dan manfaatnya akan kembali ke Indonesia.
"Kami juga mengapresiasi pemerintah dengan dukungan persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk mengenal produk bangsa sendiri. Dengan dukungan TKDN, akhirnya produk dari bangsa Indonesia bisa digunakan oleh bangsanya sendiri," ungkap Luhur.
Baca Juga: Wah, Diam-Diam Ada Transaksi 11 Persen Saham AXIO, Harganya di Bawah Pasar
Menurut dia, bangsa yang besar dimulai dengan kampanye untuk menggunakan produk sendiri, Amerika Serikat misalnya sangat bangga menggunakan produknya sendiri, Korea dan Jepang adalah negara-negara yang bangga menggunakan produknya sehingga mereka bisa bertumbuh menjadi besar.
"Bangsa Indonesia mau besar harus belajar memberi kesempatan untuk produk-produk dalam negeri, salah satunya produk IT supaya dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sendiri," pungkas Luhur.
Sebagai informasi, AXIO melaporkan per 30 September 2023 meraup laba periode berjalan sebesar Rp 89,46 milair, atau naik 71,1% dibanding akhir kuartal III 2022 yang tercatat sebesar Rp 52,563 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News