Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Contohnya ialah hasil riset yang diunggah di situs American Heart Association yang membahas tentang manfaat dan risiko produk tembakau alternatif.
Isu kajian tersebut tidak berimbang dan cenderung menekankan pada sisi negatif, sedangkan ulasan aspek positif sangat sedikit. Selain itu, ada kalimat yang berbunyi ‘Kendati benar bahwa kontaminan yang terdapat dalam uap produk tembakau alternatif tidak sebanyak yang ada pada rokok, tetap saja tidak aman’.
“Kata ‘tidak aman’ ini merupakan konstruksi menyesatkan yang merupakan bentuk manipulasi lama oleh aktivitas pengendalian tembakau,” ujar Bates dalam laman pribadinya.
Manipulasi komunikasi juga dilakukan oleh tiga organisasi kesehatan besar Amerika Serikat lainnya seperti American Cancer Society, American Lung Association, dan American Thoracic Society. Bates berpendapat, hal tersebut berpotensi dalam mendorong masyarakat untuk percaya pada beragam informasi yang menyesatkan mengenai produk tembakau alternatif.
“Pada akhirnya mereka tidak bisa mendapatkan informasi akurat yang sebenarnya bisa membantu mereka untuk menekan risiko pada saat memenuhi kebutuhan akan nikotin. Komunikasi yang ada sekarang sangat buruk,” ujar Bates.
Baca Juga: Prospek Saham HM Sampoerna (HMSP) di Tengah Himpitan Inflasi hingga Cukai Rokok
Menurut Bates, meluasnya mispersepsi ini merupakan sebuah keadaan yang memang sengaja tercipta dan diinginkan oleh pihak-pihak tertentu.
Bukan karena adanya kesalahan yang tidak disengaja. “Efek agregat dari bias informasi dari ribuan akademisi dan advokat yang sangat ingin menjadi kenyataan dan benar-benar tidak ingin produk tembakau alternatif dinilai jauh lebih tidak berisiko daripada rokok,” ungkapnya.
Hal berbeda ditemukan di Inggris. Bates mengungkapkan sejumlah penelitian yang diterbitkan oleh empat lembaga kesehatan terpercaya, seperti National Health Service, Center Research UK, British Lung Foundation, dan British Heart Foundation, mengedepankan perbandingan risiko antara produk tembakau alternatif dan rokok.
Hasilnya membuktikan bahwa produk tembakau alternatif jauh lebih rendah risiko, sehingga dapat menjadi pilihan bagi para perokok yang ingin mengurangi risiko, tetapi belum bisa melepas konsumsi nikotin sepenuhnya.
“Penjelasan ini belum maksimal, tetapi yang terpenting tidak mencoba untuk menanamkan persepsi keliru terkait risiko atau membuat perokok menjauh dari perubahan kebiasaan yang lebih baik,” ujar Bates.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News