Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Air minum dalam kemasan (AMDK) mengalami penyusutan produksi di bulan Juli atau menjelang Lebaran tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah, berkurangnya jumlah hari kerja karena ada libur Lebaran.
Hendro Baroeno, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) bilang, berkurangnya hari kerja membuat produktivitas pabrik turun. Tak hanya itu, larangan melintas bagi truk pembawa air minum menjelang Lebaran juga ikut menurunkan produksi air minum dalam kemasan selama Juli. "Juli ini kami memperkirakan produksi di bawah dua miliar liter, atau sekitar 1,75 miliar liter saja," ungkap Hendro kepada KONTAN pekan lalu.
Asal tahu saja, produksi air minum dalam kemasan di bulan Juni sebelumnya, mencapai angka 2 miliar liter. Namun, jumlah itu turun jika dibandingkan produksi April dan Mei 2014 yang berkisar di angka 2,1 miliar liter. "Di bulan Juni beberapa pabrik sedang melakukan upgrade mesin, sehingga produksi memang turun," kata Hendro.
Khusus produksi bulan Mei, Aspadin mencatat adanya kenaikan produksi dibandingkan bulan biasanya. Sebab, banyak produsen air minum menggenjot kinerja produksi untuk mengantisipasi penurunan produksi menjelang Lebaran.
Selama kuartal dua tahun ini, produksi air minum dalam kemasan tercatat 6,2 miliar liter. Sedangkan untuk semester pertama tahun ini, produksi berkisar di angka 11,65 miliar liter atawa sudah mencapai 50% dari target produksi tahun ini sebesar 22,5 miliar liter. Untuk menambah kapasitas produksi bulan Juli, sebagian anggota AMDK membuat kesepakatan mengoperasikan pabrik di hari Sabtu.
Namun ternyata tak seluruh produsen AMDK yang mengalami penurunan produksi air minum di bulan Juli. Martin Jimi, Direktur Utama PT Akasha Wira International, selaku produsen air minum Nestle Pure Life bilang, produksi air minum milik perusahaan justru naik selama bulan Juli ini.
Marti bilang, kenaikan produksi bulan Juli bisa mencapai 20% dari bulan biasanya. Kenaikan produksi berasal dari beroperasinya mesin baru yang dibeli perusahaan bulan Mei lalu. "Produksi Juli akan optimal dengan utilisasi 70%. Sedangkan Juni baru 65%," jelas Martin.
Sebagai catatan saja, pada bulan Mei lalu, perusahaan telah mengoperasikan pabrik di Sengon, Pandaan, Jawa Timur. Nilai investasi pabrik ini mencapai US$ 6 juta dan memiliki kapasitas 200 juta liter air minum per tahun.
Martin bilang, naiknya produksi ini bakal mendongkrak penjualan sekitar 20%. penambahan produksi ini juga yang membuat perusahaan memutuskan menambah jaringan distribusi termasuk memaksimalkan suplai air hingga H-5 Lebaran.
Jaringan distribusi yang akan ditambah oleh Akasha itu ada di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali. "Kontribusi penjualan tertinggi kami saat ini datang dari Jakarta sekitar 20%. Pulau Jawa selain Jakarta sekitar 40% dan lainnya seperti Sumatera masih kecil," kata Martin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News