kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berkah mengguyur industri minuman


Jumat, 04 Juli 2014 / 11:02 WIB
Berkah mengguyur industri minuman
ILUSTRASI. Kunyit, salah satu bahan alami yang efektif meredakan asam lambung tinggi.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Industri minuman ringan bakal diguyur berkah rezeki menjelang Lebaran tahun ini. Sebab, permintaan minuman ringan akan melonjak drastis pada Ramadan hingga Lebaran.

Triyono, Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) bilang, kenaikan permintaan minuman ringan menjelang Lebaran bisa 40%-50% dibandingkan dengan bulan biasa. "Saat puasa masyarakat cenderung berbuka puasa bersama. Ini yang mendorong penjualan," terang Triyono kepada KONTAN, Selasa (1/7).

Kenaikan permintaan minuman ringan itu tak hanya memenuhi kebutuhan ibadah Ramadan. Ada momen lain yang ikut mendukung penjualan minuman ringan menjelang Lebaran tahun ini.

Pertama, adanya pertandingan akbar Piala Dunia 2014 yang mengundang daya tarik penggemar. Mereka banyak meluangkan waktu nonton bersama dan menikmati minuman bersama.

Kedua, adanya penyelenggaraan kampanye pemilihan presiden yang ikut mendongkrak permintaan minuman ringan. Event penyelenggaraan kampanye ini bertepatan dengan bulan Ramadan.

Adapun kategori minuman ringan yang mengalami kenaikan permintaan itu antara lain; air minum dalam kemasan, teh, kopi, susu, jus, minuman berkarbonasi, minuman berenergi dan isotonik.

Dwi Hatmadji, Chief Operating Officer PT ABC President Indonesia mengaku, kenaikan permintaan minuman ringan di perusahaannya bisa mencapai 20% menjelang Lebaran. "Kenaikan terjadi mulai Juni, puncaknya tanggal 21 Juli nanti," kata Dwi pada KONTAN, Kamis (3/7).

Permintaan produk ABC yang naik signifikan itu adalah teh kemasan. Sayangnya, Dwi enggan menyebut volume maupun nilai penjualannya.

Meski tetap tumbuh industri minuman ringan punya tantangan berat tahun ini. Salah satunya disebabkan oleh pelemahan nilai rupiah atas dollar Amerika Serikat (AS).

Asal tahu saja, pelemahan rupiah berdampak pada kenaikan beban produksi. Sebab sebagian bahan baku mengalami kenaikan, terutama kemasan plastik. Selain itu, industri minuman ringan berhadapan dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang juga berdampak kepada kenaikan biaya produksi.

Namun Triyono optimistis investasi industri minuman ringan akan terus berkembang. Seperti yang dilakukan PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) dan PT Akasha Wira International yang memutuskan ekspansi dari bisnis air mineral ke bisnis minuman berasa.

Tak hanya ekspansi saja, perusahaan baru ikut nimbrung di minuman ringan juga bertambah. Akhir tahun lalu, Indofood menggandeng Asahi Group Holdings ikut nimbrung di bisnis minuman ini.

Tahun lalu Asrim mencatat, volume penjualan minuman ringan mencapai 27 miliar liter. Tahun ini, Asrim memproyeksikan pertumbuhan penjualannya bisa mencapai 8%-10%. "Tren kenaikan permintaan tahunan hampir sama di angka 8%-10% per tahun," kata Triyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×