kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi alat berat stagnan di kuartal I


Senin, 28 April 2014 / 10:13 WIB
Produksi alat berat stagnan di kuartal I
ILUSTRASI. Pusat kuliner dan belanja Modern Hub yang dikembangkan PT Modernland Realty Tbk di Kota Modern, Tangerang.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Produksi industri alat berat domestik sepanjang kuartal pertama tahun ini stagnan, atau serupa dengan perolehan di periode yang sama tahun lalu. Melihat hasil itu, pebisnis alat berat pun menargetkan produksi alat berat di tahun ini tidak berbeda dengan tahun lalu.

Pratojo Dewo, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia, menuturkan, selama kuartal I-2014 ini, produksi industri alat berat domestik sekitar 1.200 unit. "Kurang lebih sama seperti periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1.234 unit," ujar Pratojo kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Alhasil, ia memproyeksikan  produksi alat berat sama seperti tahun lalu, yakni sekitar 6.000 unit. Ia melanjutkan, produksi alat berat yang stagnan ini tidak terlepas dari permintaan alat berat yang tidak banyak berubah seperti kondisi tahun lalu. Catatan saja, produsen alat berat hanya akan memproduksi berdasarkan permintaan.

Pasalnya, pembeli utama di bisnis ini, yakni perusahaan pertambangan masih mengalami bisnis yang lesu, karena harga komoditas di pasar dunia sedang anjlok. Imbasnya bisa ditebak, penjualan alat berat ke perusahaan tambang batubara turut longsor.

Nah, bila dilihat dari portofolio penjualan alat berat sudah berubah. Sebelumnya sektor tambang mendominasi penjualan alat berat. Saat ini, penjualan alat berat didominasi  oleh sektor perkebunan serta bidang konstruksi.

Meski produksi stagnan, pebisnis alat berat masih berani memproyeksikan penjualan alat berat dalam negeri bisa meningkat. Ia mengestimasikan permintaan alat berat domestik antara 12.000 unit sampai 13.000 unit sampai akhir tahun ini. "Tahun lalu dari kapasitas produksi alat berat, sekitar 50%-60% terserap oleh pasar domestik. Nah, untuk tahun ini kami prediksikan bisa naik menjadi 70%," ujar Pratojo.

Permintaan terdongkrak berkat keberadaan berbagai proyek infrastruktur milik pemerintah. Ia mengharapkan proyek tersebut bisa digarap dengan alat berat produksi dalam negeri.

Meski begitu, ia pun tidak memungkiri keberadaan alat berat impor yang masuk pasar domestik. "Banyak produk alat berat impor yang masuk Indonesia sebagai imbas krisis global yang membuat permintaan global belum pulih," timpal dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×