kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.874.000   -21.000   -1,11%
  • USD/IDR 16.354   0,00   0,00%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Produksi Batubara Merosot, APBI Prediksi Sulit Menyamai Tahun Lalu


Rabu, 28 Mei 2025 / 20:27 WIB
Produksi Batubara Merosot, APBI Prediksi Sulit Menyamai Tahun Lalu
ILUSTRASI. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memproyeksikan produksi batubara nasional tahun ini sulit menyamai capaian tahun lalu


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memproyeksikan produksi batubara nasional tahun ini sulit menyamai capaian tahun lalu yang menembus 836 juta ton. Penurunan produksi yang signifikan pada triwulan pertama menjadi sinyal awal koreksi tren tahunan.

Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif APBI Gita Mahirani mengungkapkan, produksi batubara hingga kuartal I-2025 hanya mencapai sekitar 171,8 juta ton. Capaian tersebut dinilai cukup mengkhawatirkan, apalagi jika dibandingkan dengan target produksi nasional yang ditetapkan pemerintah.

"Jadi kami memprediksi kalau bicara dengan angka dari 836 juta ton tahun lalu, tahun ini sepertinya tidak akan mencapai di angka tersebut lagi," kata Gita di Jakarta, Rabu (28/5).

APBI mencatat, salah satu penyebab utama turunnya produksi batubara berasal dari melemahnya permintaan ekspor, khususnya dari dua pasar utama: China dan India. Gita menjelaskan, permintaan batubara dari China mengalami koreksi yang sangat signifikan seiring dengan meningkatnya produksi domestik negara tersebut.

"China sangat memboost produksi batubara domestik mereka dan ada pula data yang kami himpun stok mereka ini sangat anomali di tahun ini, di mana mereka sepertinya sudah membaca tentang stok sehingga batubaranya mereka itu sudah lebih banyak. Jadi hal-hal seperti kemarin Imlek yang harusnya mereka membutuhkan banyak, ternyata tahun ini itu tidak," ungkapnya.

Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Penyebab Ekspor Batubara Turun hingga April 2025

Kondisi serupa juga terjadi di India. Negara tersebut mempercepat produksi batubara dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor. Meski ada permintaan dari beberapa negara lain, APBI menilai tidak ada pasar yang bisa benar-benar menggantikan volume pembelian dari China dan India.

Lebih lanjut, Gita menyampaikan permintaan domestik tetap tumbuh, namun belum mampu memberikan dorongan signifikan terhadap penyerapan produksi batubara, terutama di tengah situasi global yang masih dibayangi ketidakpastian.

"Jadi saat ini permintaan domestik juga kami yakin tumbuh walaupun DMO-nya mungkin belum sama, karena ya tadi masyarakat setelah kebijakan Trump juga negara-negara lain juga masih wait and see sifatnya, dan sekarang dengan tarif yang ditetapkan ini industri juga tidak banyak bergerak, ini juga mempengaruhi semua ke dunia," katanya.

Terkait Harga Batubara Acuan (HBA), Gita menegaskan bahwa para anggota APBI tetap berkomitmen mematuhi regulasi pemerintah. Namun, ia mengakui penetapan HBA kerap menimbulkan gejolak sementara di pasar.

"HBA di awalnya memang sempat seperti biasa menimbulkan shock atau kejutan-kejutan di buyer, itu hal yang biasa juga karena buyer biasanya sangat reaktif, kalau kita ingat di tahun 2023 atau 2024, saat sempat diumumkan tentang produksi batubara yang tinggi itu pasar langsung bergejolak," imbuhnya.

Baca Juga: Batubara Mulai Ditinggalkan, Distribusi Tak Lagi Bisa Optimal

Selanjutnya: OJK Gelar Digital Financial Literacy Di Sorong Papua Barat

Menarik Dibaca: Ajak Anak Belajar Menabung, MSIG Life Bikin Board Game Keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×