Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meskipun sepanjang Kuartal-I 2015 produksi batubara nasional anjlok hingga 21%, namun nampaknya tidak berlaku pada sejumlah penambang besar. Misalnya saja, PT Berau Coal Tbk, dan anak-anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
Leksono Poeranto, Direktur Indo Tambangraya Megah mengatakan, kegiatan produksi perusahaannya hingga saat tidak terpengaruh terhadap harga jual batubara yang tengah menurun. "Seluruh produksi anak usaha ITMG pada kuartal pertama tahun ini naik 3% dibanding tahun lalu," kata dia ke KONTAN, Kamis (23/4).
Adapun anak perusahaan Indo Tambangraya yaitu, PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Grestons, PT Bharinto Ekatama yang merupakan pemegang konsesi perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B). Serta, PT Kitadin yang merupakan pemegang konsesi izin usaha pertambangan (IUP).
Sekadar mengingatkan, sepanjang Januari hingga Maret 2015 produksi batubara nasional hanya mencapai 97 juta ton. Jumlah tersebut turun 21% dibandingkan dengan produksi Kuartal-I 2014 sebanyak 124 juta ton.
Salah satu penyebab rendahnya produksi karena harga jual yang masih terus merosot. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan (HBA) per April 2015 sebesar US$ 64,48 per ton, atau turun 4,8% dibandingkan HBA Maret mencapai US$ 67,76 per ton.
Menurut Leksono, perusahaannya saat ini tetap berupaya menjaga ritme aktivitas tambang agar rencana produksi pada 2015 ini tetap tercapai. "Bahkan sekarang run of mine (ROM) atau pasokan batubara di stockpile yang siap diproses masih over sebesar 1%," kata dia.
Singgih Widagdo, Corporate Secretary PT Berau Coal Tbk mengatakan, produksi batubara perusahaannya tetap tumbuh pada awal 2015 ini. Hingga Maret lalu, perusahaannya memproyeksikan dapat memproduksi batubara sebesar 6,6 juta ton, atau masih sesuai dengan target perusahaan.
"Pada tahun ini, kami tetap menargetkan peningkatan produksi batubara. Dari tahun 2014 lalu, sebesar 24,35 juta ton akan ditingkatkan menjadi 27 juta ton," kata Singgih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News