kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi beras khusus perlu diperbesar


Kamis, 28 September 2017 / 13:55 WIB
Produksi beras khusus perlu diperbesar


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Pengelolaan beras khusus yang ada di Indonesia saat ini belum maksimal. Bahkan pemerintah juga tidak memiliki data pasti berapa produksi beras khusus di dalam negeri lantaran jumlahnya yang masih kecil. Berdasarkan data yang dimiliki Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dari sekitar 8 juta hektare (ha) luas sawah yang ada, baru sekitar 100.000-300.000 ha yang ditanami beras khusus.

Ketua Umum KTNA Winarno Tohir mengatakan, sulit menghitung berapa jumlah produksi beras khusus karena jumlah petani yang menanam beras ini sangat sedikit. Di sisi lain, jumlah beras khusus ini sangat beragam.

Bahkan sampai saat ini, Winarno menyatakan, pemerintah masih mendiskusikan bagaimana mengelompokkan jenis beras khusus tersebut. "Mengelompokkan beras khusus itu sulit karena banyak jenisnya. Mungkin data juga belum ada yang punya. Kalau menghitung produksinya juga sulit justru karena sedikit pelakunya. Benih pun tidak dikeluarkan pemerintah. Beras merah dan beras hitam dikeluarkan pemerintah tetapi tidak banyak," ujar Winarno ke KONTAN, Rabu (27/9).

Meskipun jumlahnya sedikit, tapi banyak petani yang menanam jenis beras khusus ini karena pasarnya cukup menggiurkan. Bahkan banyak beras khusus yang diekspor ke manca negara karena minat masyarakat di dalam negeri masih sedikit untuk mengkonsumsi jenis beras khusus ini.

Proses menanam beras khusus seperti beras organik, juga lebih sulit karena harus melalui uji laboratorium dan mendapatkan sertifikat organik. Beras organik juga memiliki berbagai tingkatan.

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kemtan) Suwandi mengatakan, produksi beras organik pada tahun 2016 mencapai sekitar 1.088 ton Gabah Kering Giling (GKG). Produksi ini dihasilkan dari sebanyak 33 produsen beras organik yang sudah mengantongi sertifikat. Menurutnya selama ini, produksi beras organik tersebar di sejumlah daerah seperti Bandung, Tasikmalaya, Sragen, Klaten, Malang, Jember dan Banyuwangi.

Namun sayang Suwandi mengaku tidak memiliki data berapa banyak produksi khusus dan beras organik sampai pertengahan 2017 ini. "Yang pasti saat ini banyak produsen beras organik yang melakukan pendaftaran untuk mendapat sertifikat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×