kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi berkurang, ekspor minyak sawit anjlok


Kamis, 06 April 2017 / 22:40 WIB
Produksi berkurang, ekspor minyak sawit anjlok


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat produksi minyak sawit Indonesia mengalami penurunan pada bulan Februari 2017 sebesar 8% dibandingkan Januari 2017. Bila pada awal tahun produksi minyak sawit mencapai 2,86 juta ton, maka pada Februari turun 8% menjadi 2,6 juta ton.

Penurunan produksi sawit ini turut berdampak pada penurunan ekspor. GAPKI mencatat ekspor minyak sawit termasuk oleochemical dan biodiesel turun 6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 2,66 juta ton pada Februari 2017.

Penurunan ekspor ini lebih banyak disebabkan tingginya bea keluar (BK) yang dikenakan pada Februari yaitu US$ 18 per metrik ton (MT).

Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan mengatakan stok minyak sawit pada akhir Februari sebesar 1,93 juta ton atau tergerus 32,5% dibandingkan stok Januari sebesar 2,85 juta ton. "Stok terkikis karena produksi yang masih turun sementara ekspor masih tinggi meskipun mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya," ujar Fadhil, Kamis (6/4).

Fadhil menjelaskan sepanjang Februari negara-negara Timur Tengah, Bangladesh, China dan negara-negara Afrika membukukan kenaikan permintaan akan minyak sawit Indonesia.

Negara-negara Timur Tengah mencatatkan kenaikan permintaan yang sangat signifikan yaitu 116% atau dari 104,09 ribu ton pada Januari terkerek menjadi 224,73 ribu ton pada Februari lalu. Sementara kenaikan permintaan dicatatkan Bangladesh sebesar 23%, China 9% dan negara-negara Afrika 3%.

Sebaliknya penurunan permintaan minyak sawit Indonesia dibukukan oleh Amerika Serikat (AS), negara negara Uni Eropa, Pakistan dan India. Negeri Paman Sam mencatatkan penurunan permintaan sebesar 46% atau dari 100,890 ton pada Januari tergerus menjadi 54,850 ton pada Februari.

Penurunan ini juga terjadi di Uni Eropa sebesar 43%, Pakistan 25% dan India 13%. Selain dari bea keluar yang tinggi, penurunan permintaan juga disebabkan adanya perlambatan konsumsi masyarakat di India dan banyaknya stok kedelai di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×