kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.398.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Produksi CPO Asia Tenggara diprediksi turun pada 2025–2026, Ini Sebabnya


Sabtu, 15 November 2025 / 07:00 WIB
Produksi CPO Asia Tenggara diprediksi turun pada 2025–2026, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Analis LSEG memprediksi produksi sawit Asia Tenggara anjlok 2025-2026 akibat cuaca kering, pohon tua, dan perlambatan ekonomi global. ANTARA FOTO/Akbar Tado/nz.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Produksi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) di Asia Tenggara diperkirakan turun pada musim 2025–2026. Penurunan ini disebabkan kombinasi kendala struktural di kebun, cuaca kering berkepanjangan, serta tekanan perdagangan global.

Analis LSEG Singapore, Kian Pang Tan  menyoroti tekanan eksternal yang datang dari perlambatan ekonomi. IMF memprediksi ekonomi China turun ke 4,2% pada 2026, India ke 6,2%, Uni Eropa ke 1,1%.

“Tarif AS dan ketegangan perdagangan dengan China sudah mengganggu arus perdagangan dan memberikan tekanan yang semakin besar pada perdagangan internasional,” ungkap Tan, dalam acara IPOC 2025, di Nusa Dua, Bali Jumat (14/11/2025). 

Baca Juga: Analis Bloomberg: Program B50 Berpotensi Mengikis Ekspor CPO RI

LSEG memproyeksikan produksi CPO Indonesia pada 2025-2026 turun dari musim sebelumnya. Penyebabnya masih sama, di antaranya pohon tua, replanting lambat, penegakan lahan, serta kemarau pertengahan tahun.

Malaysia juga diperkirakan turun tipis ke 19,2 juta ton, ditekan replanting yang hanya 2% dari target 4%, serta gangguan penyakit dan hama. 

La Nina yang berkembang juga bisa menambah gangguan panen karena curah hujan tinggi dan risiko banjir lokal.

Selain itu, pasokan ekspor Indonesia diperkirakan turun 1,5 juta–3 juta ton, jika program B50 berjalan penuh tahun depan.

Baca Juga: Kejar Produksi 100 Juta Ton CPO, 600.000 Ha Lahan Sawit Baru Dibuka Mulai 2026

“Rencana B50 dapat meningkatkan kebutuhan biofuel menjadi 19–20 juta kiloliter per tahun, dari 15,6 juta kiloliter saat ini,” tandasnya. 

Kondisi itu membuka peluang bagi Malaysia untuk meningkatkan ekspor hingga 1 juta ton. Malaysia sendiri mencatat penurunan ekspor 9,5% pada Januari–Oktober, dipicu harga RBD yang lebih tinggi dibanding produk Indonesia.

Selanjutnya: Promo JSM Indomaret 14-16 November 2025, Sunco-Sania 2 Liter Harga Spesial

Menarik Dibaca: 7 Drakor Office Romance Terbaru dan Paling Romantis, Ada Dynamite Kiss

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×