kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,72   -3,94   -0.44%
  • EMAS1.368.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi Gas Papua Maluku Sudah Menyumbang 20% Produksi Gas Nasional


Kamis, 21 Desember 2023 / 16:44 WIB
Produksi Gas Papua Maluku Sudah Menyumbang 20% Produksi Gas Nasional
ILUSTRASI. Kontribusi produksi gas bumi Papua dan Maluku (Pamalu) dari total produksi nasional berpeluang naik usai peresmian proyek Tangguh Train 3 belum lama ini.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-SORONG. Kontribusi produksi gas bumi Papua dan Maluku (Pamalu) dari total produksi nasional berpeluang naik usai peresmian proyek Tangguh Train 3 belum lama ini. 

Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi Perwakilan SKK Migas Galih W. Agusetiawan mengatakan, kontribusi produksi gas bumi Pamalu bisa bertambah dari semula 20% menjadi sekitar 35% total produksi nasional.

“Setelah diresmikan Proyek Train 3 Tangguh 24 November lalu, mudah-mudahan ke depannya menjadi 35% nasional,” kata Galih di Kantor Perwakilan SKK Migas Pamalu, Sorong, Rabu (20/12).

Proyek Tangguh Train-3 yang merupakan pengembangan lebih lanjut proyek LNG Train-1 dan 2. Lingkup pekerjaan Proyek Tangguh Train-3 di antaranya adalah pembangunan 2 buah wellhead platform-offshore (WDA dan ROA), pengeboran 10 sumur serta pembangunan train LNG dengan kapasitas 3,8 million ton per annual (MTPA). 

Tangguh sendiri merupakan salah satu lapangan gas terbesar di Indonesia, operatornya BP. Menukil siaran pers yang dirilis BP tertanggal 30 Agustus 2021, produksi gas Tangguh diproyeksikan meningkat dari semula 1,4 miliar kaki kubik per hari (bcfd) menjadi 2,1 bcfd setelah Train 3 beroperasi.

Baca Juga: Hilirisasi Mineral Butuh Banyak Gas, PGN Lihat Kemungkinan Impor LNG

Proyek Train Tangguh 3 sudah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 24 November 2023 kemarin.

Ketua Komite Investasi Aspermigas, Moshe Rizal mengatakan bahwa peningkatan kontribusi produksi gas di Pamalu merupakan hal yang positif. Hanya, menurut Moshe, pemerintah mulai menerapkan Measurement Reporting and Verification (MRV) terhadap emisi dari kegiatan di Tangguh maupun lapangan migas lainnya.

Menyoal efek kenaikan produksi Pamalu terhadap neraca produksi gas seturut beroperasinya Train 3 Tangguh, Moshe optimistis BP sudah mengantongi pembeli.

“Seharusnya BP sudah punya pembeli gas-nya, kalau tidak mereka tidak akan onstream,” ujar Moshe saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/12).

Direktur Energy Shift institute, Putra Adhiguna, mengatakan bahwa kenaikan produksi gas di wilayah timur memang sudah lama diprediksi. Yang perlu diantisipasi oleh pemerintah, kata Putra, adalah memastikan gas tersebut bisa tersedia dengan cukup terjangkau, dengan berhati-hati dalam melakukan kebijakan kendali harga gas.

Sebab, ekspansi infrastruktur gas bisa jadi juga bergantung pada kebijakan tersebut. “Karena bisa jadi sebenarnya demandnya tidak sustainable, hanya tercipta ketika harga gas dipatok dan disokong oleh pemerintah,” terang Putra saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/12).

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agus Cahyono Adi, mengatakan kebutuhan gas dalam negeri akan terus meningkat.

“Untuk penggunaan dalam negeri, infrastruktur jaringan gas beserta LNG receiving terminalnya terus digenjot, terutama dalam dua dekade ke depan, terdapat tambahan kebutuhan gas yang digunakan sebagai transisi menuju Net Zero Emisi,” ujar Agus kepada Kontan.co.id, Kamis (21/2).

Baca Juga: Target Lifting Minyak Tahun Ini Tak Tercapai, Kementerian ESDM Beberkan Sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×