Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Adapun berdasarkan persentase progres yang wajib dilaporkan kepada Kementerian ESDM, pembangunan smelter PTFI sudah mencapai 3,21% per Juli 2019. Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengungkapkan, capaian tersebut lebih tinggi dari rencana enam bulanan yang ditarget mencapai 2,76%.
Untuk mencapai progres tersebut, Yunus mengatakan bahwa pembangunan smelter PTFI ini sudah menghabiskan biaya sebesar US$ 151,7 juta.
Baca Juga: J Resources Asia Pasifik (PSAB) fokus kawal proyek tambang emas di Sulawesi
Dalam rilis resmi FCX disebutkan, konstruksi dari smelter ini ditargetkan mulai dibangun pada tahun 2020. Hal itu menegaskan apa yang sebelumnya disampaikan oleh Direktur Utama PTFI Tony Wenas. Ia bahkan optimistis, fase konstruksi bisa dimulai pada awal 2020.
Smelter berkapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga itu ditargetkan rampung paling lambat sesuai target pada 21 Desember 2023, atau lima tahun sejak terbitnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterima bersamaan dengan transaksi divestasi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pada 21 Desember 2018 lalu.
"Jadi targetnya tetap, selesai 5 tahun setelah IUPK," katanya beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News