Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Kendati begitu, Executive Vice President and Chief Financial Officer FCX Kathleen L. Quirk mengatakan bahwa kinerja PTFI masih sejalan dengan target. Sebab, penurunan kinerja produksi dan penjualan tersebut memang telah diproyeksikan menurun lantaran masa akhir tambang terbuka dan transisi ke penambangan bawah tanah.
"Umumnya sejalan dengan panduan, kami terus menambang material dari permukaan," kata Kathleen dalam earning call kinerja Kuartal III-2019 FCX, Rabu (23/10).
Kathleen bilang, pihaknya memproyeksikan penambangan terbuka di tambang Grasberg, Papua, akan berlanjut hingga November atau pada Kuartal IV 2019 bergantung dari kondisi geoteknis. Seiring masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, produksi PTFI ditargetkan bisa kembali melonjak pada tahun 2021.
PTFI pun telah memulai ekstraksi bijih mineral dari tambang bawah tanahnya. Rata-rata pengeluaran modal tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diperkirakan sebesar US$ 0,8 miliar per tahun untuk periode empat tahun, dari 2019 hingga 2022.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) berharap berkah dari pemindahan ibu kota
Adapun, dari sisi penjualan konsentrat tembaga, pada 12 September 2019 PTFI pun telah mengantongi persetujuan untuk meningkatkan kuota ekspor dari sebelumnya sekitar 180.000 dry metric ton (dmt) menjadi sekitar 680.000 dmt. Kuota ekspor konsentrat tembaga tersebut berlaku satu tahun sejak persetujuan pertama diberikan pada 8 Maret 2019 hingga 8 Maret 2020.
Konstruksi smelter tahun 2020
Berbarengan dengan transisi penambangan, PTFI juga tengah membangun pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter). Berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, saat ini pembangunan smelter tersebut tengah dalam proses penyiapan lahan yang mencakup pemadatan tanah.
Proses pematangan lahan itu juga dibarengi dengan persiapan Front-End Engineering and Design (FEED). Selain itu, PTFI juga sedang melakukan pengaturan komersial dan pembiayaan untuk proyek yang diproyeksikan menelan investasi sekitar US$ 3 miliar ini.