Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Pelemahan rupiah yang terus berlanjut membuat produsen kertas dengan bahan baku impor harus memutar otak. Pasalnya, pelemahan rupiah membuat beban impor meningkat. Salah satu strateginya dengan memperbesar pasokan bahan baku lokal.
Budi Priyadi, Sekretaris Perusahaan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk bilang pelemahan rupiah membuat biaya impor bahan baku kertas membengkak. Apalagi, perusahaan hanya menggunakan bahan baku kertas putih polos. Nah, "Karena terbatas, harganya mudah naik saat permintaan meningkat," ujarnya kemarin.
Untuk mengurangi pembengkakan biaya produksi, Budi bilang Kertas Basuki Rachmat akan menggenjot pasokan bahan baku kertas dari domestik. Tak hanya itu, perusahaan juga memodifikasi mesin kertas (paper machine) yang memungkinkan pemasangan deinking plant yang mampu mengolah berbagai kertas bekas menjadi bubur putih polos. Dengan begitu, "Otomatis pasokan bahan baku kertas bekas menjadi lebih besar," ujar Budi.
Strategi peningkatan pasokan bahan baku lokal juga dilakukan PT Fajar Surya Wisesa Tbk. Meski selama ini hampir 70% dari total bahan baku kertas perusahaan sudah dipasok dari dalam negeri.
Manager Keuangan PT Fajar Surya Wisesa Tbk Marco Hardy berharap peningkatan porsi bahan baku lokal memperbaiki kinerja keuangannya. Sebab, "Peningkatan penggunaan bahan baku lokal bisa mengurangi tekanan pada rupiah," katanya.
Menurut Marco, saat ini 60% transaksi perusahaan menggunakan dollar AS. Jika pasokan bahan baku lokal besar, maka biaya operasional perusahaan bisa ditekan. Alhasil, margin usaha meningkat.
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbahul Huda bilang, menambah pasokan bahan baku kertas bekas di domestik bukanlah perkara gampang. Sebab konsumsi kertas domestik masih rendah. Dari total kebutuhan kertas bekas sebagai bahan baku industri kertas domestik mencapai 6 juta ton per tahun, kini baru 1,2 juta ton atau 20% yang bisa dipenuhi dari lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News