Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Intiland Development Tbk memprediksi akan terjadi perlambatan bisnis properti pada tahun 2015. Theresia Rustandi, Sekretaris Korporasi Intiland Development mengatakan, perlambatan ekonomi, pengetatan loan to value (LTV) kredit pemilikan rumah (KPR), dan pajak rumah mewah membuat penjualan properti terus turun.
Hal tersebut membuat Intiland Development memasang target yang realistis. Emiten Bursa Efek Indonesia berkode DILD itu hanya menargetkan pertumbuhan pendapatan 16% menjadi Rp 2,1 triliun pada akhir tahun 2015, dibandingkan posisi Rp 1,83 triliun per akhir tahun 2014.
Sedangkan, marketing sales tumbuh 18% menjadi Rp 3 triliun per akhir tahun 2015, dibandingkan posisi Rp 2,54 triliun per akhir tahun 2014. “Masih terjadi perlambatan penjualan properti di awal semester II,” katanya, kepada KONTAN, Senin (10/8).
Perlambatan bisnis properti terjadi pada segmen apartemen dan perumahan untuk kelas menengah dan atas. Misalnya, kelompok menengah mempertimbangkan membeli rumah di tengah perlambatan ekonomi dengan bunga kredit masih tinggi.
Lanjutnya, pelemahan penjualan properti di semester II/2015 tidak akan sebesar seperti di semester I/2015. Terlihat dari orang-orang yang datang ke proyek atau pameran properti rata-rata naik menjadi 10-12 orang per minggu dibandingkan sebelumnya hanya 1-2 orang per minggu. “Kami selaku pelaku pasar menunggu pemerintah membuat keputusan yang tepat dan tidak menggantung,” katanya.
Informasi saja, Intiland Developmnet mencatat pertumbuhan pendapatan 33% menjadi Rp 603,30 miliar per kuartal I/2015, dibandingkan posisi Rp 452,59 miliar per kuartal I/2014. Meskipun pendapatan tercatat 33%, namun laba komprehensif hanya tumbuh 2,45% menjadi Rp 125,06 miliar per kuartal I/2015, dibandingkan posisi Rp 122,66 miliar per kuartal I/2014.
Laba komprehensif yang rendah itu karena perusahaan mencatat beban pokok penjualan dan beban langsung sebesar Rp 367,42 miliar, beban usaha untuk penjualan sebesar Rp 15,10 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar Rp 67,23 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News