Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri di sektor batubara optimistis melihat prospek bisnis di tahun depan. Bahkan beberapa perusahaan berencana mengerek produksi batubara di 2023.
Direktur Eksekutif Asosiasi Penambang Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, permintaan batubara masih cukup bagus di tahun depan. “Beberapa perusahaan dikabarkan akan meningkatkan kapasitas produksinya di tahun 2023,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/12).
Hendra menyebut, pembeli strategis batubara dari Indonesia di tahun depan tetap berasal dari negara-negara seperti Tiongkok, India, dan negara lainnya. Sejatinya memang 98% ekspor batubara Indonesia ke negara-negara Asia.
Namun, pembeli batubara dari negara Eropa bertambah seiring dengan adanya krisis energi di sana.
Menurut Hendra, sejak terjadi konflik Rusia dan Ukraina, ekspor RI ke Eropa di 2022 mengalami peningkatan yang signifikan.
Sebagai pembanding, di beberapa tahun sebelumnya, 2019, 2020, 2021 ekspor batubara Indonesia ke Eropa rata-rata di bawah 500.000 ton. Sedangkan di 2022 sejauh ini, menurut data tidak resmi, volume ekspor batubara ke Eropa sekitar lebih 4 juta ton.
“Meskipun secara persentase terjadi peningkatan signifikan namun tentu tidak terlalu besar dibandingkan dengan ekspor kita ke negara-negara lain di Asia Pasifik,” terang Hendra.
Baca Juga: Industri Nikel Indonesia Makin Ramai Setelah Group Astra Akuisisi Tambang Nikel
Hendra memberi catatan, peningkatan produksi batubara di tahun depan tentu juga tergantung pada curah hujan yang tinggi dan keterbatasan alat berat.
Salah satu perusahaan yang sudah memberi sinyal memacu kapasitas produksinya ialah PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).
Di tahun depan produksi konsolidasi GEMS sebanyak 40 juta ton. Rencana ini tertuang dalam permohonan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) untuk tahun 2023.
“Tahun depan sementara minimum 40 juta (ton), tapi nanti di kuartal I kami akan mengajukan revisi untuk penambahan lagi,” ujar Direktur Utama GEMS, Bonifasius beberapa waktu lalu.
Bonifasius juga optimistis bahwa permintaan batubara dari pasar Asia masih akan positif di ahun depan, meski ada bayang-bayang resesi ekonomi global.
Guna mendukung rencana kenaikan produksi, GEMS menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar US$ 25 juta untuk keperluan infrastruktur dan sarana pendukung produksi. Menurut rencana, anggaran tersebut bakal mengandalkan kas internal perusahaan.
Perusahaan lainnya, PT ABM Investama Tbk (ABMM) turut optimistis dengan permintaan batubara di 2023.
Direktur PT ABM Investama Tbk Adrian Erlangga menuturkan, dengan permintaan yang diperkirakan masih tinggi maka tingkatan harga batubara juga diharapkan tetap terjaga. “Kami melihat harga batubara akan stabil di 2023 sehingga kami akan menerapkan strategy yang sama dengan 2022 dengan menambah kehati hatian melihat perkembangan ekonomi dunia,” jelasnya.
Untuk menangkap prospek bisnis yang positif di tahun depan, ABMM menyiapkan belanja modal di atas US$ 200 juta yang utamanya untuk pembelian alat berat.
Sedangkan untuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA) belum bisa membeberkan mengenai target-target yang akan dibidiknya di 2023.
Namun, Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, PTBA terus menggenjot pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri.
“Kalau kewajiban Domestic Market Obligation (DMO), PTBA sudah melebih jauh dari target, kewajiban secara umum 25% dari produksi, tetapi kami sudah jauh di atas target, jelasnya saat ditemui di Gedung DPR beberapa waktu lalu.
Melansir pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, realisasi DMO Bukit Asam hingga kuartal III 2022 sebesar 14,4 juta ton atau 159% dari target tahunan DMO.
Nah di tahun depan, PTBA memastikan siap memenuhi kewajiban untuk memasok 12.322.000 ton batubara untuk sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di 2023.
Baca Juga: Orang Terkaya Low Tuck Kwong Bayarkan Dividen Bayan Resources (BYAN) Rp 15,6 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News