kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek shale oil dinilai menjanjikan, eksplorasi lanjutan mesti digencarkan


Rabu, 10 Februari 2021 / 15:45 WIB
Prospek shale oil dinilai menjanjikan, eksplorasi lanjutan mesti digencarkan
ILUSTRASI. Prospek shale oil. Photographer: Daniel Acker/Bloomberg *** Local Caption *** Chad Glover


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek minyak serpih (shale oil) atau shale hydrocarbon (oil and gas) di Indonesia dinilai cukup besar dan potensial untuk dikembangkan. Pemerintah pun menyatakan bakal menggarap shale oil untuk mencapai target 1 juta barel pada 2030.

Praktisi hulu migas Tumbur Parlindungan mengatakan, meski memiliki potensi yang besar, namun belum ada kajian yang serius untuk mengembangkan shale hydrocarbon di Indonesia. Padahal, shale dapat menjadi penunjang produksi migas jika digarap dengan serius.

Menurut Tumbur, potensi shale hydrocarbon ada di semua cekungan yang sudah berproduksi baik itu blok minyak maupun gas. "Demikian besar potensinya karena yang menjadi target produksi adalah source dari hydrocarbon," ungkap Tumbur kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2).

Dia mencontohkan, yang memungkinkan untuk dikembangkan saat ini adalah di Lapangan Rokan - Sumatera dan Sanga-sanga di Kalimantan. Hal itu dengan mempertimbangkan kesiapan infrastruktur baik berupa jalan maupun pipa migas.

Baca Juga: Pemerintah bakal kembangkan shale oil, begini catatan dari Aspermigas

"Yang dibutuhkan adanya research dan uji coba untuk melakukannya dengan dibantu ecosystem service company yang memadai atau siap untuk beroperasi," turur Tumbur yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Indonesian Petroleum Association (IPA) tersebut.

Tantangan utama yang dihadapi ialah terkait rezim fiskal. Tumbur bilang, rezim fiskal saat ini hanya untuk migas konvensional. "Sedangkan setahu saya, untuk unconventional seperti shale belum ada," sambungnya.

Secara keseluruhan, Tumbur menegaskan bahwa iklim investasi di sektor migas perlu diperbaiki. Selain rezim fiskal, konsistensi menjaga kesucian kontrak (contract sanctity) juga masih menjadi sorotan.

Berkaca dari negara lain, shale hydrocarbon sangat prospektif. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, shale production menjadikan Negeri Paman Sam itu sebagai negara pengekspor minyak. Sebelum ada shale revolution, AS harus melakukan impor migas mendekati level 5 juta barel oil per day (BOPD).




TERBARU

[X]
×