kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PT IBU: Kami beli gabah, bukan beras bersubsidi


Selasa, 25 Juli 2017 / 16:44 WIB
PT IBU: Kami beli gabah, bukan beras bersubsidi


Reporter: Siti Maghfirah | Editor: Sanny Cicilia

Penggrebekan yang terjadi pada pabrik PT Indo Beras Unggul Kamis lalu memunculkan anggapan bahwa perusahaan tersebut sengaja menggunakan beras subsidi untuk kemudian dijual dengan harga premium.

Hal ini dibantah oleh Direktur PT IBU Jo Tjong Seng (Asen). Menurut Asen, pihaknya membeli gabah dari petani, bukan membeli beras bersubsidi. Urutan tata niaga PT IBU adalah petani yang menjual jual lewat kelompok tani lalu naik ke tingkat pengumpul dan berakhir di tingkat penggilingan.

"Subsidi input itu sudah berakhir di petani. Gabah kering yang kami olah itu didapatkan dari penjualan umum melalui mekanisme pasar sama dengan pelaku usaha lain," ungkap Presiden Direktur PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), Joko Mogoginta dalam Paparan Publik Insidentil di Kantor BEI, Selasa (25/7).

Perusahaan juga memberikan klarifikasi mengenai dugaan pembelian beras medium (IR64) untuk dikemas dan dijual dengan harga premium. PT IBU membantahnya dengan deskripsi perbedaan medium dan premium berdasarkan SNI yakni berdasarkan parameter fisik terukur. Tidak bergantung jenis atau varietas beras, serta kandungan beras.

"IR64 itu tidak ada hubungannya dengan medium premium atau kualitas. Beras apapun bisa menjadi medium atau premium, selama diolah dengan standard mutu," lanjut Direktur PT IBU Jo Tjong Seng (Asen)

Premium atau tidaknya kualitas beras, menurut Asen, dilihat dari keutuhan beras yang setidaknya mencapai 95 persen. Lalu, dari derajat sosoh atau warna beras yang berbeda seperti putih mengkilat atau putih bersih. Kadar air juga menjadi komponen lain yang menjadi penentu kualitas beras.

Asen juga memberikan klarifikasi mengenai kesalahpahaman membaca kadar yang tercantum pada kemasan. Kadar karbohidrat yang tercantum sebesar 25 persen ternyata setelah diteliti kadarnya adalah 81,45 persen. Menurut Asen, 25 persen adalah AKG (Angka Kecukupan Gizi) bukan kandungan yang tercantum.

"Kisaran kandungan beras putih memang 74 hingga 81%. Yang ingin kami sampaikan adalah, dari 300 gram kebutuhan karbohidrat orang perharinya, beras ini memenuhi 74 gram atau rata-rata 25%," jelasnya.

Penjelasan serupa menurut Asen berlaku untuk kandungan lain seperti lemak dan protein. Hal ini hanya menentukan pola gizi, tidak menentukan beras adalah premium atau tidak premium. (

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×