Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII tidak berharap terlalu tinggi terhadap produksi karet tahun ini. Perusahaan plat merah yang berlokasi di Jawa Barat ini tahun ini menargetkan produksi sekitar 20.000 ton-24.000 ton, atau relatif sama dibandingkan tahun lalu.
Dede kusdiman kepala bagian tanaman PTPN VIII mengatakan, produksi karet yang stagnan tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang hujan dengan intensitas tinggi pada awal hingga pertengahan tahun. "Pada Januari sampai Juli hujan. Akibatnya sadapan terganggu," kata Dede, belum lama ini.
Hingga saat ini luas lahan perkebunan karet milik PTPN VIII mencapai 23.600 hektare (ha). Lokasinya tersebar di beberapa wilayah di Jawa Barat seperti Ciamis, Tasik Malaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi.
Dede merinci, dari luas lahan perkebunan karet PTPN VIII tersebut, perinciannya sebanyak 16.600 ha berupa tanaman menghasilkan (TM), tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 6.000 ha, dan tanaman tahun ini (TTI) seluas 1.000 ha.
Usia tanaman karet PTPN VIII bervariasi, yang paling tua mencapai 25 tahun. Oleh sebab itu manajemen rutin melakukan replanting atau penanaman pohon kembali setiap tahunnya sebesar 4% dari lahan yang dimiliki. Biaya replanting pohon karet cukup tinggi, Dede mencatat setidaknya dibutuhkan dana sekitar Rp 30 juta-Rp 40 juta per hektarenya.
Produk karet yang dihasilkan PTPN VIII diantaranya adalah latex. Selain dipasarkan di dalam negeri, penjualan latex produksi PTPN VIII juga di ekspor. "Penjualannya ekspor dan lokal, komposisinya berimbang," kata Dede.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News