kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.912.000   -20.000   -1,04%
  • USD/IDR 16.535   77,00   0,46%
  • IDX 6.779   11,75   0,17%
  • KOMPAS100 979   0,52   0,05%
  • LQ45 761   -0,96   -0,13%
  • ISSI 215   0,29   0,13%
  • IDX30 395   -0,09   -0,02%
  • IDXHIDIV20 472   0,65   0,14%
  • IDX80 111   -0,15   -0,14%
  • IDXV30 115   -0,56   -0,48%
  • IDXQ30 130   0,00   0,00%

Ramai-ramai membuka bisnis rumah sakit


Kamis, 03 Maret 2016 / 11:33 WIB
Ramai-ramai membuka bisnis rumah sakit


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, RR Putri Werdiningsih | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Keberadaan program jaminan kesehatan nasional membawa pengaruh positif bagi bisnis rumah sakit di tanah air dalam beberapa tahun terakhir. Hampir di setiap rumah sakit yang menerima pasien BPJS Kesehatan, begitu istilahnya, ramai. Di samping juga isu gaya hidup sehat yang mewabah.

Fenomena ini membuat pebisnis yang punya lini bisnis utama di luar rumah sakit langsung kepincut. Malah, beberapa konglomerat besar yang notabene bukan pebisnis rumah sakit, kini mulai ikut-ikutan berbisnis kesehatan. Seperti Grup Lippo, Grup Ciputra atau Grup Mayapada (lihat tabel).

Tak cuma pengusaha swasta, beberapa badan usaha milik negara (BUMN) juga tak ketinggalan ingin mencicipi bisnis tersebut. Salah satunya adalah PT Indah Karya. Perusahaan yang biasa bergerak di bisnis konsultan ini berencana membangun rumah sakit di Makasar, Sulawesi Selatan. 

Rumah sakit perdana perusahaan ini bakal dikelola sesama BUMN yakni PT Pelayaran Nasional  atau Pelni yang sudah lebih dulu punya rumah sakit bernama RS Pelni (lihat boks). 

"Mudah-mudahan tahun ini perizinannya bisa selesai. Kalau izinnya lancar bisa mulai tahun ini," ujar Nel Adianto, Presiden Direktur PT Indah Karya kepada KONTAN, Selasa (1/3).

Sebelum membangun rumah sakit ini, Indah Karya terlebih dulu sudah membuat studi kelayakan. Hasilnya adalah pihaknya bakal menyasar kalangan menengah bawah sebagai target pasar yang utama lantaran pasar di segmen ini masih bagus. 

Ia memperkirakan pembangunan proyek ini bakal memakan waktu satu tahun.  Nah, untuk tahap awal, rumah sakit ini baru mempunyai kapasitas tempat tidur 150 unit. Jumlah ini tergolong kecil untuk ukuran rumah sakit. Tapi, pihaknya bakal melengkapi dengan fasilitas praktik dokter spesialis. "Yang mengoperasikan Pelni," timpalnya.

Untuk menyiapkan rumah sakit ini berikut pengembangannya, Indah Karya sudah anggarkan dana Rp 120 miliar yang berasal dari dana internal dan eksternal. Komposisinya adalah 30:70. Sayang Nel tidak merinci target bisnis dari proyek rumah sakit ini.

Ekspansi Timah

Tak mau ketinggalan, PT Timah Tbk (TINS), juga tengah berupaya mengembangkan bisnis rumah sakit lewat anak usaha Rumah Sakit Bakti Timah. Perusahaan tambang ini baru memulai bisnis rumah sakit sejak tahun lalu. Tapi sudah punya enam rumah sakit yang tersebar di Bangka Belitung.

Tahun ini, Timah ingin mengembangkan bisnis ini. Sebab, "Pendapatan bisnis rumah sakit tahun lalu positif,"  kata Sekretaris Perusahaan PT Timah Agung Nugroho ke KONTAN tanpa merinci.

Untuk mengoptimalkan pendapatan, Timah bakal menggelontorkan dana Rp 200 miliar untuk melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit. Seperti membeli peralatan cek kesehatan supaya bisa menjadi rumah sakit bertaraf internasional.

Lewat upaya ini, Agung berharap kontribusi bisnis kesehatan bisa mencapai 20% dari total pendapatan PT Timah sampai akhir tahun ini. 
Sedangkan perusahaan BUMN lain, yakni HK Realtindo juga tengah menjajaki berbisnis rumah sakit. Anak usaha Hutama Karya ini bakal membangun rumah sakit di Denpasar. Tujuannya adalah supaya bisa meraup pendapatan berulang.

RS Pelni tambah kapasitas tempat tidur baru

Perusahaan pelat merah PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) serius menggarap bisnis rumah sakit. Meski usaha ini sempat merugi beberapa tahun lalu, kini mereka berniat menambah kapasitas ruang perawatan.

Perusahaan pelayaran ini akan membangun gedung perawatan empat lantai berkapasitas 200 tempat tidur. "Kami targetkan ground breaking tahun ini," ujar Elfien Guntoro, Direktur Utama PT Pelni kepada KONTAN, Selasa (1/3).

Demi memuluskan rencana ini, Pelni menggandeng perusahaan konstruksi pelat merah yang lain,  PT Brantas Abipraya. Gedung baru ini bakal dibangun di lokasi yang sama dengan rumah sakit Pelni di Jl Aipda KS Tubun, Jakarta Pusat.

Kondisi ini tidak terlepas dari hasil bisnis RS Pelni yang tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) sudah mencapai 90%. Bila bangunan ini sudah berdiri, kapasitas ruang perawatan bisa bertambah 40%.

Asal tahu saja, mayoritas pasien RS Pelni, yakni sekitar 70%, adalah pengguna peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Saban hari, rumah sakit ini kedatangan pasien rata-rata sekitar 1.500 orang.

Untuk sementara, Elfien masih belum bisa membeberkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk ekspansi bisnis tersebut. Soalnya pihaknya harus menyelesaikan perencanaan pembangunan tersebut ke Kementerian BUMN. "Pokoknya target operasinya di tahun 2018," tandasnya.

Perseroan sendiri juga masih belum mematok berapa besar pengaruh ekspansi anak usahanya ini terhadap penghasilan induk perusahaan. Menurut Elfien masih terlalu dini untuk menghitung pengaruhnya. Kata dia, imbas pengembangan ini baru akan terasa di periode 2018 bersamaan dengan beroperasinya bangunan anyar tersebut.

Sepanjang tahun 2015 kemarin, RS Pelni mengklaim sudah memberikan kontribusi terhadap laba bersih perusahaan sekitar 26,28%. Artinya jika Pelni berhasil mengantongi laba hingga Rp 79,9 miliar, maka sumbangan keuntungan dari rumah sakit mencapai Rp 21 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×