Reporter: Francisca Bertha Vistika, Tendi Mahadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Industri petrokimia semakin semarak. Berdasarkan perkiraan Kementrian Perindustrian, industri petrokimia akan tumbuh 5% hingga 6% tahun ini. Selain permintaan yang makin besar, volume kapasitas produksi juga terus meningkat.
Setidaknya tahun ini, ada 10 proyek petrokimia yang sedang digarap. "Nilai investasinya mencapai US$ 10 miliar," Suhat Miyarso, Vice President Corporate Relation PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Rabu (12/2).
Beberapa proyek petrokimia tersebut di antaranya, pertama, ekspansi MEG Plant dari Polychem Indonesia. Kedua, Lotte Chemical berencana memproduksi naphta cracker. Ketiga, proyek ekspansi AA Plant dari Nippon Shokubai Indonesia.
Keempat, PT Petrokimia Butadiene Indonesia. Kelima, Unilever Oleochemical Indonesia membangun Oleo Chemical Plants (lihat tabel).
Selain proyek baru yang sedang masa konstruksi, Suhat juga bilang, ada beberapa proyek yang masih dalam tahap studi. Salah satunya adalah PT Pertamina yang berencana membangun pabrik polipropelina (PP) dan refinery.
Selain itu, menggandeng Ferrostal, Chandra Asri juga akan membangun plant yang memproduksi methanol dan polipropelina. "Ada potensi gas di Papua yang bisa dimanfaatkan untuk industri petrokimia," ujar Suhat.
Menurut Suhat, proyek di Papua itu belum bisa dibangun tahun ini. Pembangunan fisik masih menunggu keputusan pemerintah.
Masih banyak impor
Tahun ini, Chandra Asri akan mengerek produksi. Tahun lalu, kapasitas produksinya mencapai 2,682 juta ton. Tahun ini, Chandra Asri menggenjot kapasitas produksi menjadi 3,333 juta ton.
Salah satu faktor pemicu peningkatan permintaan industri petrokimia adalah pemilu, terutama di industri plastik kemasaran makanan dan minuman.
Sayangnya, meski permintaan cukup besar, impor produk petrokimia masih terbilang tinggi. Banjir impor produk petrokimia membuat harga untuk produksi industri di dalam negeri makin tertekan. Makanya, pemain lokal harus memasang harga yang tepat supaya tak kalah dengan importir.
Pada tahun 2012, impor petrolium dan petrokimia tercatat US$ 53,35 miliar. Tahun lalu, impor petrolium dan petrokimia turun 60,73% menjadi US$ 20,95 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News