Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ferry menyarankan, Agar tetap kompetitif, mal didorong untuk terus memperbaiki bauran penyewa.
"Pemilik mal harus mencari peritel dan merek yang benar-benar mampu menarik pengunjung, bukan hanya sekadar mengisi ruang," tambah Ferry.
Mal juga perlu menghadirkan tenant yang menawarkan pengalaman unik, bukan sekadar produk.
Selain itu, pengembang saat ini harus lebih cenderung untuk merenovasi atau meremajakan mal yang sudah ada ketimbang membangun mal baru.
Ini adalah upaya adaptasi terhadap perubahan preferensi pasar yang lebih menyukai inovasi pada properti eksisting daripada penambahan pasok baru.
Munculnya Tren Mal Kecil Berkonsep Gaya Hidup
Di tengah dominasi mal-mal besar yang berjuang mengisi ruang kosong, muncul tren menarik lainnya.
Pusat ritel berukuran kecil dengan konsep gaya hidup dan ruang terbuka semakin menjamur, terutama di wilayah Bodetabek.
Meskipun bukan pesaing langsung, keberadaan mereka menunjukkan arah pasar yang lebih menyukai pengalaman yang intim dan personal ketimbang sekadar belanja di pusat perbelanjaan masif.
Konsep ini menawarkan suasana yang lebih santai dan fokus pada komunitas, sesuai dengan kebutuhan konsumen modern.
Tonton: Libur Sekolah Gagal Tarik Wisatawan, Okupansi Hotel Tetap Stagnan
Meski tantangan mal kosong ini besar, ada beberapa indikasi positif yang bisa menjadi angin segar.
Beberapa merek asing, terutama dari Asia, menunjukkan ketertarikan untuk membuka outlet di mal-mal Jabodetabek.
"Ini bisa menjadi angin segar untuk mengisi kekosongan," imbuh Ferry.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Alasan Utama Ratusan Hektar Mal di Jabodetabek Kosong Melompong"
Selanjutnya: Waspada! Link Cek BSU 2025 Palsu Beredar Luas, Begini Modusnya
Menarik Dibaca: Promo Burger Bangor dengan ShopeeFood Juli, 2 Burger + Minum Mulai Rp 58.000-an
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News