Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Potensi bisnis keamanan siber di Indonesia kian menggiurkan.
Riset GMI Research mencatat, nilai pasar keamanan siber nasional mencapai US$ 1,4 miliar pada 2024 dan diproyeksikan melonjak menjadi US$ 6,5 miliar pada 2032, dengan laju pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 21,1% pada periode 2025–2032.
Melihat peluang tersebut, RDS Group melalui anak usahanya PT RDS System Integration (RDS) kian agresif memperkuat lini bisnis keamanan siber di Tanah Air.
Baca Juga: RDS Group Mantapkan Langkah di Industri Keamanan Siber Nasional
General Manager RDS System Integration Linda Kritianto mengatakan, meningkatnya adopsi transformasi digital serta penerapan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) menjadi pendorong utama permintaan solusi keamanan siber di Indonesia.
“Dorongan tersebut menjadikan kebutuhan keamanan siber sebagai salah satu investasi yang strategis dan penting,” ujar Linda kepada Kontan.co.id, Senin (20/10).
Linda menjelaskan, RDS memposisikan diri sebagai System Integrator dan Orkestrator yang menggabungkan berbagai solusi best-of-breed secara holistik.
Pendekatan ini mencakup tiga lapisan utama: preventive, curative, dan continuous improvement.
Dalam implementasinya, RDS mengadopsi Zero Trust Maturity Model dari CISA, yang berprinsip “never trust, always verify”.
Model ini diterapkan di seluruh aspek keamanan, mulai dari pencegahan, deteksi, hingga pemulihan insiden siber.
Selain aspek teknologi, RDS juga menekankan pentingnya penguatan SDM dan budaya keamanan, termasuk pelatihan berkelanjutan untuk memastikan efektivitas perlindungan pada setiap klien.
Saat ini, RDS memfokuskan layanan pada industri keuangan meliputi perbankan, asuransi, dan multifinance serta lembaga pemerintahan yang mengelola data publik berskala besar.
Baca Juga: RDS Group Mantapkan Langkah di Bisnis Keamanan TI dengan Konsep Zero Trust
Linda mengungkapkan, permintaan solusi keamanan meningkat pesat, baik dari klien eksisting yang memperkuat infrastruktur maupun dari perusahaan baru yang mempercepat transformasi digital.
Adapun solusi yang ditawarkan RDS meliputi:
- Preventive, seperti Identity Access Management (IAM) dan sanitasi konten;
- Curative, seperti Cyber Recovery Vault dan deteksi real-time;
- Holistic protection, berupa enkripsi dan tokenisasi data.
“Nilai investasinya bervariasi tergantung skala, kompleksitas, dan kebutuhan spesifik setiap institusi, serta dapat diterapkan bertahap sesuai rencana perusahaan,” jelas Linda.
Menurut Linda, tantangan terbesar di sektor keamanan siber saat ini adalah evolusi ancaman digital yang kian cepat, termasuk risiko post-quantum, serta keterbatasan SDM yang masih menjadi titik lemah di banyak institusi.
Meski demikian, ia menilai tantangan ini justru membuka peluang besar bagi penyedia solusi.
“Penerapan Zero Trust akan makin luas, diikuti dengan peningkatan permintaan solusi berbasis AI behavioral analytics dan automated response system,” pungkasnya.
Selanjutnya: IPC Terminal Petikemas Catat Pertumbuhan Kinerja 15,1% hingga Kuartal III-2025
Menarik Dibaca: Pasar Aset Kripto Rontok, Koin FLOKI Mendaki ke Puncak Top Gainers
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News