Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengungkapkan realisasi program listrik 35.000 megawatt (MW) yang rendah dikarenakan timeline proyek yang memakan waktu.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, hinggat saat ini baru sekitar 19% program listrik 35.000 MW yang beroperasi atau setara dengan 6.811 MW.
Baca Juga: Topang keandalan listrik Jawa-Bali, sutet Balaraja-Kembangan jadi proyek prioritas
Direktur Pengadaan Strategis Satu PLN Sripeni Inten Cahyani menjelaskan timeline proyek tiap pembangkit beragam. "Karena untuk membangun suatu pembangkit diperlukan studi dan detail design paling cepat 1 tahun, lalu perizinan dan pembebasan lahan," jelas Inten kepada Kontan.co.id, Rabu (5/2).
Inten menuturkan, masa konstruksi untuk PLTU sekitar 2 tahun hingga 3 tahun, sementara untuk PLTGU sekitar 2 tahun bahkan PLTA membutuhkan waktu lebih lama sekitar 4 tahun hingga 5 tahun.
Ia menambahkan, dalam periode tersebut meliputi strategi mencari pendanaan dengan rentang waktu maksimal 1 tahun serta pembebasan lahan baik untuk lokasi pembangkit maupun transmisi sampai ke titik penyambungan ke PLN.
PLN mengungkapkan, sejauh ini 23.000 MW proyek tengah dalam tahapan konstruksi dan diharapkan rampung pada rentang 2023 hingga 2024 mendatang.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) fokus selesaikan proyek PLTU di tahun ini
Disisi lain, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, pihaknya terus melakukan pengawasan kelanjutan program listrik 35.000 MW seiring perkembangan permintaan.
Tak sampai disitu, Rida menuturkan pihaknya berupaya meningkatkan penjualan listrik PLN dengan memfasilitasi PLN dan calon pelanggan.
Baca Juga: Program listrik 35.000 MW diproyeksi molor hingga 2029
"Sesama BUMN tidak menggunakan pembangkit sendiri, jadi beberapa BUMN kami imbau untuk menghentikan pembangkit sendri, tapi pakai listrik PLN dengan jaminan listrik yang baik. Misalnya MRT kemarin tuh, jadi ada beberapa gardu induk pasokannya. Jadi ini upaya, potensi overcapacity ke depan tidak membuat PLN rugi," jelas Rida di Gedung DPR RI, Rabu (5/2).
Lewat langkah tersebut, Kementerian ESDM mengharapkan PLN dapat berfokus dalam pembangunan transmisi.
Rida menambahkan, pihaknya memprediksi puncak commercial operation date (COD) pembangkit terjadi pada 2020 dengan kapasitas pembangkit mencapai 8.823 MW.
Kemudian pada 2021 mendatang, kapasitas bertambah menjadi 5.066 MW, lalu bertambah 4,109 MW pada 2022 dan berurut-turut bertambah sebesar 3.907 MW dan 3.592 MW pada 2023 dan 2024.
"Tahun ini itu yang kita jaga agar bisa beroperasi 8.823 MW," inbuh Rida.
Baca Juga: Dalam lima tahun, ESDM targetkan penambahan kapasitas pembangkit 27,38 GW
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News