Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri properti masih menghadapi tantangan besar di tengah perlambatan daya beli masyarakat Indonesia dan nilai tukar rupiah yang terus mengalami tekanan.
Kendati begitu, penjualan properti hunian di awal tahun ini masih mengalami pertumbuhan yang tecermin dari kredit kepemilikan rumah (KPR). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), outstanding KPR per Februari 2025 tercatat masih tumbuh sebesar 10,5% secara tahunan atau year on year (YoY).
Di tengah tantangan tersebut, pengembang tetap optimistis pasar properti akan tetap tumbuh tahun ini. Untuk itu, pengembang tetap aktif memacu penjualan sembari menjalankan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) untuk membantu masyarakat di tengah perlambatan ekonomi.
Pengembang yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta misalnya, memanfaatkan momentum Ramadan 2025 untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dengan memberikan santunan kepada 1.000 anak yatim dan dhuafa. Kegiatan itu dilakukan dengan menggandeng Kementerian Sosial.
“Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, REI DKI juga bekerja sama dengan Forum CSR Indonesia,” kata Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) REI DKI Jakarta, Arvin F. Iskandar dalam keterangannya, Senin (24/3).
Baca Juga: Ciputra Group Lewat Citra Maja City Siap Dukung Program Pemerintah
Anak Yatim dan Dhuafa yang diberikan santunan tahun ini berasal dari Yayasan panti asuhan binaan Kementerian Sosial dari 5 wilayah di DKI Jakarta dan 9 yayasan panti asuhan rekomendari dari DPD REI DKI Jakarta.
Arvin bilang, kegiatan tersebut merupakan bagian dari rasa berbagi kami para pengembang yang tergabung di REI DKI Jakarta sebagai bagian dari anak bangsa yang punya kepedulian tinggi terhadap sesama.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf pada kesempatan tersebut mengapresiasi kegiatan yang dilakukan pelaku usaha sebagai wujud kepedulian pada sesame anak bangsa dan turut berkontribusi membantu pemerintah dalam membantu masyarakat yang kurang mampu.
Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV 2024 masih melanjutkan penurunan dan kontraksinya bahkan lebih dalam. Jika pada kuartal III hanya kontraksi sebesar 7,14% secara tahunan atau year on year (YoY) dan pada kuartal IV tercatat merosot sebesar 15,09% secara YoY.
Penurunan ini terutama disebabkan anjloknya penjualan rumah tipe kecil dan menengah masing masing sebesar 23,7% YoY dan 16,61%. Pada kuartal III, kedua tipe tersebut kontraksi 10,05% dan 8,80%.
Adapun penjualan tipe rumah besar masih tumbuh 20,44% YoY, meningkat dari kuartal III yang hansa tumbuh 6,83% YoY.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Ditahan, Begini Prospek Kinerja Emiten Sektor Properti
Hasil survei menunjukkan bahwa faktor penghambat penjualan properti residensial adalah kenaikan harga bangunan, lalu masalah perizinan, suku bunga KPR, proporsi uang muka KPR yang lebih tinggi dan perpajakan.
Sedangkan kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada kuartal IV-2024 melambat dari kuartal sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) periode itu tumbuh 1,39% secara tahunan atau year on year (YoY). Sedangkan kuartal sebelumnya tumbuh 1,46% YoY.
Harga rumah tipe kecil naik 1,84%, melambat dari kuatal sebelumnya yang tumbuh 1,97%. Rumah menengah tumbuh 1,31%, melambat dari 1,33% pada kuartal III. Adapun kenaikan harga rumah tipe besar naik dari 1,04% menjadi 1,46%.
Selanjutnya: Rosan Roeslani Klaim IHSG Langsung Menguat Pasca Pengumuman Personil Danantara
Menarik Dibaca: Promo Alfamart Paling Murah Sejagat 24-31 Maret 2025, Tujuh Kurma Beli 2 Lebih Murah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News