kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Antam Bukukan Pendapatan Rp 69,19 Triliun di 2024


Rabu, 09 April 2025 / 17:52 WIB
Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Antam Bukukan Pendapatan Rp 69,19 Triliun di 2024
ILUSTRASI. PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melaporkan telah mencetak pendapatan sebesar Rp 69,19 triliun atau naik 66,72% jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu dicapai senilai Rp 41,05 triliun. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melaporkan telah mencetak pendapatan sebesar Rp 69,19 triliun atau naik 66,72% jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu dicapai senilai Rp 41,05 triliun.

Dari sisi laba Antam mencatatkan laba tahun berjalan senilai Rp 3,85 triliun, atau melonjak 25% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3,08 triliun.

Direktur Utama ANTAM, Nicolas D. Kanter menyampaikan, pencapaian ini dihasilkan karena ANTAM berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi.

"Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan," ungkap Nico Kanter dalam keterangan tertulis, Rabu (09/04).

Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) Rilis Platform Digital Jual Beli Logam Mulia

Seiring dengan peningkatan laba, ANTAM juga mencatatkan pertumbuhan EBITDA sebesar 3% menjadi Rp 6,73 triliun dari sebelumnya Rp6,55 triliun.

Laba kotor naik 3% menjadi Rp 6,50 triliun, dan laba usaha meningkat 15% menjadi Rp 3,00 triliun dari Rp 2,62 triliun di tahun 2023.

Beban usaha perusahaan turun 5% menjadi Rp 3,50 triliun, terutama karena penurunan biaya logistik dan asuransi akibat kendala perizinan yang sempat memengaruhi penjualan nikel dan bauksit.

Dari sisi neraca, total aset ANTAM meningkat 4% menjadi Rp44,52 triliun, dan ekuitas tumbuh menjadi Rp32,20 triliun.

Perusahaan juga melakukan pelunasan investasi sebesar Rp1,68 triliun pada akhir 2024, membuka ruang tambahan bagi pendanaan pengembangan bisnis di masa mendatang.

Emas jadi kontributor utama pendapatan

Komoditas emas masih menjadi tulang punggung pendapatan ANTAM sepanjang 2024, dengan kontribusi signifikan sebesar Rp 57,56 triliun atau melonjak 120% dibandingkan pendapatan tahun lalu sebesar Rp 26,12 triliun. Lonjakan ini didorong oleh harga emas dunia yang meningkat serta permintaan domestik yang tinggi.

Volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi mencapai 43.776 kg (1.407.431 troy oz.), tumbuh 68% dari 26.129 kg (840.067 troy oz.) di tahun sebelumnya. Seluruh penjualan emas difokuskan ke pasar domestik.

"Kami bersyukur masyarakat Indonesia terus menjadikan produk logam mulia ANTAM sebagai pilihan utama dalam berinvestasi emas. Ini terlihat dari tingginya penjualan emas kami, yang seluruhnya didistribusikan ke pasar dalam negeri," ujar Nico .

Baca Juga: Emas Cetak Rekor, Antam (ANTM) Bukukan Laba Rp3,85 Triliun di 2024

Mineral nikel dan bauksit juga turut menyumbang

Selain emas, segmen nikel juga memberikan kontribusi sebesar Rp 9,50 triliun atau 14% dari total pendapatan.

Meskipun dihadapkan pada tantangan pasar dan hambatan perizinan, volume produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi). Dari jumlah tersebut, porsi ekspor mencapai 19.452 TNi ke negara-negara seperti Tiongkok, India, dan Korea Selatan.

Sementara itu, produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan 8,35 juta wmt, seluruhnya untuk pasar domestik, baik ke smelter ANTAM sendiri maupun pihak ketiga.

Adapun penjualan dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp1,80 triliun, naik 7% dari Rp1,69 triliun sepanjang 2023.

ANTAM memproduksi 1,33 juta wmt bauksit dengan penjualan 736 ribu wmt. Tantangan perizinan dan belum masifnya hilirisasi di sektor ini menjadi faktor pembatas pertumbuhan.

Untuk alumina, melalui entitas anak PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), produksi mencapai 147.826 ton, dengan penjualan 177.178 ton atau naik 24% dari tahun sebelumnya.

Selanjutnya: SKK Migas Minta INPEX Percepat Keputusan Investasi Akhir Proyek Masela pada 2026

Menarik Dibaca: Waspada Hujan Petir di Jogja, Intip Ramalan Cuaca Besok di Wilayah DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×