Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Renegosiasi harga gas Tangguh dari US$ 2,7 MMBTU menjadi sekitar US$ 9 per MMBTU berpotensi meningkatkan pendapatan negara. Pengamat energi, Pri Agung Rakhmanto mengatakan jika memang benar maka ini adalah keberhasilan pemerintah.
"Prosesnya tidak sebentar. Walaupun harganya belum seperti LNG di luar yang mencapai belasan," kata Pri kepada KONTAN, Senin (30/6). Dia bilang soal nilai tidak bisa dibilang ideal atau belum ideal. Karena ini menyangkut tawar menawar dari satu pihak dengan yang lain.
Apalagi renegosiasi juga bukan hanya dilihat dari sektor energi saja, namun ada sektor lain yang bisa menjadi penentu kesepakatan. Misalnya ekspor mineral, selama ini smelter Tiongkok menggunakan bahan mentah dari Indonesia. "Ini membantu renegosiasi," ujar Pri.
Soal keberhasilan renegosiasi juga harus transparan ke publik, agar masyarakat juga bisa menghitung sendiri harga minyak dan gas. Perkataan Pri ini menangapi hasil rapat terbatas kabinet hari ini soal gas tangguh. Dalam rapat itu Presiden SBY mengatakan ada kabar baik soal renegosiasi gas Tangguh dan membuat penerimaan negara naik 400%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News