kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.206   65,54   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   13,29   1,21%
  • LQ45 880   13,50   1,56%
  • ISSI 221   1,37   0,62%
  • IDX30 450   6,98   1,58%
  • IDXHIDIV20 541   6,55   1,23%
  • IDX80 127   1,60   1,27%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,91   1,30%

China belum tentukan harga beli LNG Tangguh


Selasa, 25 Februari 2014 / 19:16 WIB
China belum tentukan harga beli LNG Tangguh
ILUSTRASI. KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah salah satu bentuk kejahatan yang menyengsarakan hidup. (Getty Images/iStockphoto/Zbynek Pospisil)


Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Negoisasi harga gas dari kilang gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) dari Blok Tangguh Papua ke pembeli gas, yakni pemerintah daerah Fujian, China masih dalam kajian.

Pekan lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mendatangi pemda Fujian agar pemerintah China merespons dengan segera permintaan pemerintah Indonesia.

Susilo Siswoutomo, Wakil Menteri ESDM sudah melakukan pertemuan dengan Wakil Gubernur Fujian dan pemerintah daerah sana sudah membuka jalan dan mau untuk membuka harga untuk gas yang baru.

Susilo menyatakan keberatannya jika harga gas senilai US$ 3,5 per mmbtu terlalu kecil dan jika harga itu tetap dipakai untuk perjanjian ini maka sangat tidak adil bagi pemerintah.

"Saya sudah bilang ke mereka harga gas domestik untuk dalam negeri saja US$ 11-13, kalau kita jual US$ 3,5 itu sangat tidak adil bagi kami. Maka saya mendorong mereka untuk segera merespons permintaan kita," kata Susilo, Selasa (25/02).

Susilo bilang, pembeli gas LNG Tangguh itu adalah pemerintah daerah Fujian sebesar 51 persen dan 49 persen dimiliki China National Offshore Oil Corporation (CNOOC).

Pada awal tender, pemerintah Indonesia kalah dengan Qatar, Australia, dan Malaysia. Namun, pemerintah Indonesia khawatir gas di Tangguh tidak terbangun dan tidak ada pembelinya, maka pemerintah minta tolong agar Indonesia juga masuk.

Dan akhirnya, China setuju dengan harga awal pada tahun 2006 senilai US$ 3,5 per mmbtu. Susilo juga bilang, pada saat itu harga gas milik Qatar dan Australia juga lebih rendah dari US$ 3,5.

"Kita berani negoisasi, karena ada klausa boleh membuka negoisasi harga setelah suplai berjalan, nah suplainya tahun 2009. Nah, kita sudah nego tahun kemarin kan," kata dia.

Renegosiasi harga ini, menurut Susilo, bukan berarti tidak menghargai kesepakatan dalam kontrak sebelumnya. "Kita kan sering sekali di demo di depan Kantor ESDM, saya juga tahu kondisi seperti itu, yang penting patokannya diatas harga domestik, ya diatas US$ 11 tapi saya tidak menyebutkan harga spesifiknya sekarang, " tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×