Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Menjamurnya hotel di daerah tujuan wisata seperti Bali, Yogyakarta maupun Surakarta diprediksi bakal menggerus pasar kondominium hotel (kondotel). Konsultan properti Jones Lang LaSalle pun memprediksi pertumbuhan bisnis kondotel tahun ini cuma 10% saja, padahal tahun lalu bisa 30%.
Namun, proyeksi ini tidak merisaukan salah satu pengembang, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA). Menurut Hendry Utomo, Direktur Utama Bukit Uluwatu Villa, bisnis kondotel di Bali masih cukup bagus tergantung lokasi dan pengembangnya.
Soalnya, saban hari, pasti selalu ada wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata. "Kunjungan wisata ke Bali tinggi sehingga tingkat okupansi kondotel masih bagus," ujar dia kepada KONTAN, Senin (27/10).
Saat ini, Bukit Uluwatu baru memiliki satu kondotel berkapasitas 60 unit di Uluwatu. Kondotel yang menyasar segmen atas ini akan dipasarkan BUVA pada akhir tahun ini.
Sayang, Hendry masih belum bersedia memberi informasi soal harga jual unit kondotel perdana ini berikut imbal hasil yang ditawarkan.
Untuk saat ini, BUVA belum berencana menambah proyek kondotel. Pengembang ini mengelola beberapa hotel di Bali seperti Alila Ubud dan Alila Villas Uluwatu. "Kondotel kami bangun hanya untuk menambah kamar untuk hotel," ujarnya.
Associate Director Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji menambahkan, investasi kondotel masih cukup menarik biarpun jumlah pasokan makin banyak. Asalkan sekali lagi berada di lokasi yang tepat. Misalnya di Bali. "Jika lokasinya di depan pantai atau di tebing dan status hak milik dan dikelola oleh operator terkenal, imbal hasil akan lebih menarik," ujar Hasan kepada KONTAN.
Sementara itu untuk tingkat imbal hasil yang wajar, Hasan menyebut minimum harus lebih besar dari bunga bank dan inflasi. Namun hitungan yang wajar adalah 8% per tahun.
Kemudian bila memilih kondotel di Bali, ia menyarankan pilih kondotel yang berbintang empat atau bintang lima. Lantaran tipe hotel bintang inilah yang banyak diincar wisatawan. Beda dengan kota Yogyakarta atau Surakarta, cukup kondotel bintang dua atau bintang tiga saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News