kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,95   3,20   0.36%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ritel tutup kurangi 10% serapan tenaga kerja


Selasa, 31 Oktober 2017 / 15:52 WIB
Ritel tutup kurangi 10% serapan tenaga kerja


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang penutupan sejumlah gerai ritel dinilai mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Satu per satu ritel yang menutup gerai dan menahan ekspansi akan menjadi persoalan ketenagakerjaan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan, Harijanto bilang pihaknya mengestimasi fenomena terpuruknya industri ritel mengakibatkan pengurangan tenaga kerja hingga 10% dari jumlah pekerja di ritel. Tapi hitungan ini dia bilang belum termasuk pekerja dari ritel informal di pusat grosir.

"Bisa baca di web, media sosial, banyak (ritel) yang tutup. Kalau satu departement store saja karyawannya berapa ratus, hitung aja. Satu minimarket berapa yang kena efisiensi dengan menggunakan otomatisasi, berapa. Kalau saya sih memprediksi 10% pasti dari jumlah orang," kata Harijanto, Selasa (31/10).

Menurutnya, kondisi ini bisa diperburuk dengan tuntunan kenaikan upah buruh yang cukup signifikan. Ia bilang, jika buruh menuntut kenaikan melebihi rumusan yang ditetapkan pemerintah, maka pengusaha dipastikan akan mengambil percepatan otomatisasi. Ia mencontoh, jika di DKI Jakarta pekerja menutut kenaikan UMP hingga Rp 3,9 juta, maka diperlukan efisiensi di bidang ketenagakerjaan sekitar 15%-20%.

"Antara 15%-20% efisiensinya ke tenaga kerja pasti,kalau tidak tahan dan harus membayar segitu ya. Tapi semua tergantung dari ketahanan kita,"jelas dia.

Menyikapi hal ini, Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri menyatakan banyak gerai ritel yang tumbang karena maslah kompetisi. Dan untuk dampak pada tenaga kerjanya, ia bilang tengah melakukan penanganan pada gelombang PHK yang ada. Tapi dia mengakui belum tahu seberapa besar pekerja yang ter-PHK karena lesunya ritel konvensional.

"Secara keseluruhan masih dilakukan pendataan, sebagian juga masih ditangani. Cuma saya belum dapat datanya tapi pokoknya kita terus koordinasi,"tukas Hanif.

Hanif menegaskan, Kementerian Ketenagakerjaan meminta semua industri untuk membuat skema transformasi atas dampak pengaruh teknologi. Ini menurutnya untuk penyesuaian proses bisnis di tengah perkembangan teknologi.

"Ini untuk menghindari industrial shock, itu bisa berupa bisnis shock. Perusahaan kalah bersaing kemudian tutup, collaps, atau man power shock, atau mungkin tidak tutup tetapi karena harus menyesuaikan diri, kemudian melakukan PHK mendadak secara besar-besaran,"tegas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×