Reporter: Lili Sunardi | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berambisi mencuil pangsa pasar kondom lokal lebih besar. Dibawah kepemimpinan yang baru, produsen kondom merek Artika ini menargetkan bisa menguasai pasar kondom lokal dari 2% menjadi 10% pada tahun ini.
Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro mengungkapkan, ada kesalahan strategi pemasaran selama ini sehingga pihaknya hanya menguasai 2% saja pasar kondom lokal. Karena itu, dia berencana memperbaharui citra kondom buatannya agar bisa menyaingi produk impor yang beredar di pasaran.
“Kami punya pabrik dengan kapasitas 900.000 gross dan itu terbesar di Asia Tenggara dengan 90% bahan dari dalam negeri tapi baru menguasai 2% pasar industri kondom sementara sisanya dikuasai kondom impor,” katanya saat dihubungi, Minggu (25/3).
Selain kesalahan strategi pemasaran, Ismed yang baru diangkat pada 2 Maret lalu ini menuding langkah pemerintah yang lebih memakai kondom impor. Asal tahu saja, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dianggap mengutamakan impor 1 juta kondom dari Eropa dan China untuk kampanye Keluarga Berencana.
RNI selama ini mengekspor sebagian besar kondom Artika ke China, Afrika dan Timur Tengah. Bahkan rencananya, April 2012 mendatang RNI akan menandatangani nota kesepahaman perluasan pasar kondom Artika di wilayah Asia Tenggara.
RNI melalui anak usahanya PT Mitra Rajawali Banjaran, memerlukan 297 ton karet alam per tahun untuk mampu menghasilkan 900.000 gross kondom pertahun. Sebagian besar karet alam tersebut, dipasok oleh PTPN VIII Subang.
Selain memproduksi sendiri kondom dengan merek Artika, PT Mitra Rajawali Banjaran juga memasok ke berbagai produk kondom dengan merek Sutera, Andalan, Vitalis Condom dan Prosafe Condom. Disamping itu, saat ini juga PT Mitra Rajawali Banjaran telah melakukan kerja sama dengan pihak BKKBN dalam program Keluarga Berencana (KB) dan pencegahan HIV dan AIDS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News