kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah melemah, begini cara Citilink efisiensi bahan bakar


Rabu, 07 Maret 2018 / 19:14 WIB
Rupiah melemah, begini cara Citilink efisiensi bahan bakar
ILUSTRASI. Peluncuran Citilink Store


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) turut berdampak terhadap bisnis maskapai, salah satunya Citilink Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan tersebut tengah mengupayakan berbagai langkah efisiensi bahan bakar.

Pertama, Citilink kini dalam tahap membangun sistem untuk mengukur konsumsi bahan bakar pesawat (fuel). 

Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatakan, dengan sistem tersebut perhitungan konsumsi bahan bakar nantinya, tak lagi dilakukan secara manual. "Jadi pakai alat, bukan pakai hitungan manual sehingga lebih akurat ukuran pemakaian fuel," kata Juliandra di Lotte Shopping Avenue, Rabu (7/3). 

Sayangnya, ia belum merinci penghematan konsumsi bahan bakar dengan perhitungan melalui sistem baru itu. Yang jelas, sistem itu akan membuat perusahaan lebih efisien.

Kedua, Citilink terus bekerjasama dengan berbagai stakeholder, terutama yang terkait dengan tata operasi darat (ground handling). Utamanya, meminimalkan keterlambatan jadwal penerbangan dan meningkatkan on time performance (OTP) sehingga tidak terjadi antrean penumpang.

"Karena begitu delay akan ada antrean. Take off antre, holding pesawat itu habiskan fuel. Kalau kami sudah dikasih slot harus bisa terbang jam segitu atau lebih cepat itu kami upayakan OTP-nya harus tinggi," tambah Juliandra.

Menurut Juliandra, pelemahan rupiah saat ini membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bahan bakar mencapai US$ 2 juta per bulan. 

Sebab, yang semula perusahaan menyiapkan anggaran hanya US$ 54 sen per liter, di Januari, Februari, dan Maret 2018 naik menjadi US$ 60 sen-US$ 61 sen per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×