kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah melemah, ekspor mebel bisa naik 10%


Jumat, 24 Januari 2014 / 18:05 WIB
Rupiah melemah, ekspor mebel bisa naik 10%
ILUSTRASI. Fasilitas SmartDock untuk pengerjaan pesawat militer oleh Garuda Maintenance Facility (GMFI).


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Di saat sektor lain meradang dengan pelemahan rupiah yang terjadi sejak tahun lalu, industri mebel justru sedang tersenyum. Pasalnya, pelemahan rupiah dipercaya bisa mendorong ekspor mebel melonjak hingga 10% selama 2014.

Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur, dengan posisi rupiah yang sedang loyo ini pengusaha furnitur di dalam negeri terus menggenjot ekspor mereka. "Industri sedang bergairah karena kondisi mata uang," katanya.

Sebagai sektor yang berorientasi ekspor, penguatan dollar AS terhadap rupiah tentu akan menguntungkan para produsen mebel bila memperbanyak ekspor mereka.

Meski belum ada data resmi, namun dia memproyeksi ekspor mebel dan kerajinan pada tahun lalu mencapai US$ 1,7 miliar. Sehingga pada tahun ini angka ekspor tersebut bisa naik jadi sekitaran US$ 1,9 miliar.

Kenaikkan ekspor juga dibantu oleh semakin beratnya beban produksi yang ditanggung oleh negara-negara kompetitor seperti China, Malaysia, hingga Italia. Misalnya dari kesulitan mendapat bahan baku hingga kenaikkan upah buruh yang besar di negara masing-masing.

Meski berbagai angin segar bertiup ke arah pengusaha mebel, namun masih ada ganjalan dalam pertumbuhan industri ini. Di antaranya adalah masalah permodalan untuk pengembangan usaha.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto bilang industri mebel dan kerajinan dalam enam tahun ke belakang sulit mendapat pinjaman dari perbankan akibat dinilai kalah bersaing dengan industri serupa di luar negeri. Sehingga banyak pabrik mebel yang gulung tikar.

Nah, seiring dengan outlook bisnis industri mebel yang positif, ia berharap perbankan bisa kembali melirik potensi dari industri mebel dalam negeri. "Saya minta perbankan tak lagi alergi terhadap industri ini," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×