Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di saat sektor lain meradang dengan pelemahan rupiah yang terjadi sejak tahun lalu, industri mebel justru sedang tersenyum. Pasalnya, pelemahan rupiah dipercaya bisa mendorong ekspor mebel melonjak hingga 10% selama 2014.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur, dengan posisi rupiah yang sedang loyo ini pengusaha furnitur di dalam negeri terus menggenjot ekspor mereka. "Industri sedang bergairah karena kondisi mata uang," katanya.
Sebagai sektor yang berorientasi ekspor, penguatan dollar AS terhadap rupiah tentu akan menguntungkan para produsen mebel bila memperbanyak ekspor mereka.
Meski belum ada data resmi, namun dia memproyeksi ekspor mebel dan kerajinan pada tahun lalu mencapai US$ 1,7 miliar. Sehingga pada tahun ini angka ekspor tersebut bisa naik jadi sekitaran US$ 1,9 miliar.
Kenaikkan ekspor juga dibantu oleh semakin beratnya beban produksi yang ditanggung oleh negara-negara kompetitor seperti China, Malaysia, hingga Italia. Misalnya dari kesulitan mendapat bahan baku hingga kenaikkan upah buruh yang besar di negara masing-masing.
Meski berbagai angin segar bertiup ke arah pengusaha mebel, namun masih ada ganjalan dalam pertumbuhan industri ini. Di antaranya adalah masalah permodalan untuk pengembangan usaha.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto bilang industri mebel dan kerajinan dalam enam tahun ke belakang sulit mendapat pinjaman dari perbankan akibat dinilai kalah bersaing dengan industri serupa di luar negeri. Sehingga banyak pabrik mebel yang gulung tikar.
Nah, seiring dengan outlook bisnis industri mebel yang positif, ia berharap perbankan bisa kembali melirik potensi dari industri mebel dalam negeri. "Saya minta perbankan tak lagi alergi terhadap industri ini," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News