Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha pertambangan mewaspadai dampak pelemahan nilai tukar rupiah ke dolar Amerika Serikat (AS) terhadap biaya operasional dan modal kerja perusahaan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (15/1), rupiah spot ditutup melemah 0,34% secara harian ke level Rp 16.326 per dolar AS. Sejalan dengan pergerakan di pasar spot, Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI tercatat melemah 0,28% ke level Rp 16.311 per dolar AS.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi sektor pertambangan, terutama terkait dengan biaya operasional dan modal kerja. Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menegaskan, pelemahan rupiah akan berdampak langsung pada biaya operasi perusahaan tambang.
“Sebagian besar biaya operasional, terutama untuk komponen impor seperti produk alat berat, dihitung dalam mata uang asing, umumnya dolar AS,” kata Hendra kepada Kontan, Rabu (15/1).
Meski demikian, Hendra bilang perusahaan tambang tetap berupaya maksimal untuk menjaga rencana produksi sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang telah disetujui pemerintah.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Intiland Development (DILD) Terus Amati Perkembangan
“Kami juga berkomitmen untuk melaksanakan semua kewajiban perusahaan secara penuh,” tambahnya.
Senada, Direktur & Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengungkapkan, pelemahan rupiah dapat menyebabkan biaya impor yang lebih tinggi, sehingga berpotensi memengaruhi stabilitas ekonomi perusahaan dan daya beli konsumen.
“Kami harus berhati-hati dalam mengelola efek volatilitas mata uang ini terhadap kegiatan operasional dan keberlanjutan bisnis perusahaan,” ujar Dileep kepada Kontan, Rabu (15/1).
Sektor batu bara, sebagai salah satu ekspor utama Indonesia, menghadapi dampak ganda dari pelemahan rupiah. Di satu sisi, pelemahan ini membuat batubara Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional karena harganya lebih murah bagi pembeli asing. Hal ini membuka peluang untuk peningkatan volume ekspor.
Namun, di sisi lain, perusahaan tambang yang bergantung pada peralatan dan material impor menghadapi tantangan besar. Biaya operasional yang melonjak akibat penguatan dolar AS terhadap rupiah dapat menekan margin keuntungan perusahaan. Situasi ini memaksa pelaku usaha untuk lebih efisien dalam pengelolaan biaya dan merancang strategi mitigasi risiko yang matang.
Meskipun pelemahan rupiah dapat memberikan peluang bagi sektor ekspor seperti batu bara, tantangan dalam menjaga efisiensi biaya dan stabilitas operasional tetap menjadi perhatian utama para pengusaha tambang.
Baca Juga: BI Optimitis Sudah Bisa Baca Pergerakan Indeks Dolar AS, Rupiah Aman?
Selanjutnya: Mantan Pelatih Inggris Eriksson Meninggal dengan Utang Besar
Menarik Dibaca: Lalaven Medica dan Prof. Xanya Sofra Hadirkan Teknologi Infinity Gym
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News