Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) tengah menyiapkan bursa logam domestik untuk kontrak berjangka nikel dan logam lainnya. Bursa logam ditargetkan akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2026, kata sekretaris jenderalnya.
Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia dan memiliki cadangan global terbesar.
Sejak tahun 2020, pemerintah telah melarang ekspor bijih nikel untuk menarik investasi di bidang peleburan atau smelter. Baru-baru ini, otoritas telah menyatakan keinginannya untuk dapat memiliki pengaruh lebih besar terhadap harga nikel, yang mengakhiri tahun 2024 pada level terendah dalam empat tahun.
"APNI telah mengusulkan dan menerima persetujuan dari pemerintah untuk mendirikan bursa logam Indonesia,' kata Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey di sela-sela Konferensi & Ekspo Mineral Kritis Indonesia Shanghai Metals Market, Selasa malam (3/6), seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Efek Domino Penurunan Harga Nikel Global: Smelter Berhenti Operasi Hingga Potensi PHK
Pada tahap awal, kata Meidy, bursa tersebut kemungkinan akan menangani kontrak nikel pig iron, dengan rencana untuk memperluas ke produk nikel lain serta logam lainnya.
APNI tengah menggarap konsep dan struktur bursa tersebut, yang mendasarkannya pada sistem yang digunakan oleh bursa yang sudah ada seperti London Metal Exchange dan Shanghai Futures Exchange.
"Ambisi kami adalah mengendalikan dunia melalui nikel," kata Meidy.
Dalam diskusi panel, Edric Koh dari LME menyambut baik rencana tersebut, menggarisbawahi potensi kebutuhan untuk penemuan harga regional berdasarkan dinamika permintaan dan penawaran lokal yang dapat melengkapi harga referensi global.
Daniel McElduff dari Abaxx Exchange mengatakan, pertimbangan yang cermat harus dilakukan untuk rencana tersebut, termasuk waktu dan lingkungan regulasinya.
"Apakah produk yang Anda tawarkan memiliki kegunaan komersial? Apakah akan menarik pembeli dan penjual untuk datang ke sana secara sukarela dan aktif di dalamnya? Dan jika jawabannya tidak, maka Anda benar-benar tidak menghabiskan sumber daya Anda dengan bijak," ujarnya.
Baca Juga: Harga Nikel Jatuh Sebabkan Tsingshan Hentikan Produksi Baja Nirkarat di Indonesia
Selanjutnya: Harga Minyak Anjlok di Tengah Hari Ini (4/6) karena Peningkatan Produksi OPEC+
Menarik Dibaca: Pelita Air Resmi Buka Rute Jakarta ke Makassar dan Ambon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News