Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Test Test
JAKARTA. Menguatnya kurs rupiah terhadap sejumlah mata uang asing mendorong industri otomotif menaikkan harga jual mobil yang diekspor. Tujuannya untuk mempertahankan margin.
PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), misalnya, sejak awal Januari 2010 ini sudah menaikkan harga mobil completely built up (CBU) ekspor di 120 negara. Kenaikan harga tersebut mencapai US$ 200-US$ 300 per unit. "Kuatnya rupiah membuat margin kami terpangkas. Untuk mencegah hal ini, kami menaikkan harga," tutur Bebin Djuana, Manajer Umum Penjualan dan Pemasaran Ekspor SIS kepada KONTAN akhir pekan silam.
Bebin menambahkan, ini adalah kenaikan harga ketiga kalinya sejak 2010. Pada semester I-2010, SIS menaikkan harga mobil ekspor rata-rata US$ 100 per unit. Disusul pada semester II-2010, SIS kembali menaikkan harga mobil ekspor US$ 100 per unit.
Dibandingkan dengan kenaikan tahun lalu, memang kenaikan harga di awal Januari ini adalah yang tertinggi. "Kenaikan ini menyebabkan satu unit CBU APV mencapai US$ 8.000-US$ 9.000," tutur Bebin.
Bebin mengakui, sejumlah pembeli di luar negeri melayangkan protes atas kenaikan harga yang berturut-turut ini. Ada pula pembeli yang lantas memangkas permintaan.
Terang, hal ini membuat SIS was-was permintaan ekspor akan merosot. Untuk mencegah penurunan yang dalam, salah satu strategi SIS adalah menyesuaikan kenaikan harga dengan kondisi masing-masing negara tujuan ekspor. Sebab, kondisi pasar di setiap negara tidak sama. Strategi selanjutnya ialah mengevaluasi harga. "Kenaikan harga ini akan kami evaluasi tiap semester," ujar Bebin.
Ekspor turun
Akibat turunnya permintaan ekspor, SIS terpaksa menurunkan target ekspor mobil CBU. Tahun 2010, SIS mengekspor 18.000 unit mobil. Tahun ini, SIS meramal ekspor mobil turun 15% menjadi 15.300 unit. Pengiriman pertama ekspor SIS tahun ini dimulai Februari 2011 nanti.
Faktor kurs juga jadi pertimbangan PT Honda Prospect Motor (HPM) merancang target ekspor tahun ini. Menurut Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Purnajual HPM, Honda belum mengubah harga mobil ekspor. Tapi dia mengakui, dalam kontrak ekspor terdapat klausul yang memungkinkan perubahan harga seiring pergerakan kurs.
Jonfis mengatakan, hingga awal Januari 2011 ini, dia belum menerima laporan permintaan ekspor. "Saya belum menerima daftar permintaan, jadi kami tidak bisa memastikan volume ekspor," kata dia.
Pada semester I-2010, HPM berhasil mengekspor 5.000 unit Honda Freed. Sepanjang tahun 2010, HPM menargetkan ekspor mobil sebanyak 7.000 unit. Lesunya pasar ekspor tidak membuat HPM khawatir. Menurut Jonfis, jika pasar ekspor tidak menjanjikan, HPM akan fokus menggarap pasar domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News