Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. United Company Russian Alumunium Company (UC Rusal) meminta waktu selama tiga bulan untuk memastikan rencana mereka untuk membangun smelter aluminium di Indonesia. Waktu tersebut akan dipakai untuk memastikan pasokan bauksit yang bisa mereka dapatkan.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Perindustrian MS Hidayat usai bertemu CEO Rusal, Oleg Deripaskan, Selasa (25/2). "Setelah memastikan pasokan dari mana saja, baru dia akan pastikan investasinya," kata Hidayat.
Saat ini sendiri, dia bilang Rusal sudah memegang daftar perusahaan tambang yang punya IUP bauksit. Jadi salah satu produsen aluminium terbesar di dunia ini tinggal survey dan melakukan negosiasi. "Saya sarankan nanti dia joint dengan pemegang IUP biar pasokan bauksitnya lebih terjamin," lanjutnya.
Di hari ini juga, Rusal meneken MoU dengan PT Arbaya Energi (Satmarindo Group) untuk eksplorasi dan pertambangan bauksit. MoU ini juga akan memproduksi alumina di Kalimantan Barat.
Sebelumnya, Rusal juga sudah melakukan MoU dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk megolah Iron Ore. Namun hingga kini rencana tersebut menggantung yang menurut pihak Rusal disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang memburuk.
Namun untuk bisnis aluminium, Hidayat bilang Rusal lebih percaya diri karena sudah punya pengalaman yang pajang dalam mengolah pabrik komoditas ini.
Selain Rusal, menurut Hidayat bilang ada sekitar tiga perusahaan lain yang berencana punya fasilitas serupa dengan Rusal. Bila semua bisa direalisasikan, ia yakin Indonesia bisa hentikan impor aluminium.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News