kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saat si bundar berguru pada pohon kelapa


Jumat, 26 November 2010 / 23:03 WIB
Saat si bundar berguru pada pohon kelapa
ILUSTRASI.


Reporter: Asnil Bambani Amri |

Bangunan bundar beratap kerucut itu memecah gelombang tsunami di Kepulauan Mentawai, 25 Oktober 2010. Gerojokan air memendar tanpa merobohkan bangunan, mewadahi 37 nyawa selamat. Di sekitarnya, tsunami setelah bumi menari berkekuatan 7,2 SR itu hanya menyisakan isak tangis.


SEBAGIAN menyebut bangunan bundar milik Macaroni's Surf Resort ini sebagai mukjizat, namun sebagian lain menyebutnya langkah antisipatif. Apapun sebutannya, bangunan setinggi 10 meter dan berdiameter 12 meter ini satu-satunya yang tersisa dalam tragedi tsunami akhir bulan lalu, diantara 10 bangunan di kawasan wisata selancar di Pagai Utara.

Yonmardjono, General Manajer Macaroni's Resort kini telah membuktikan ketangguhan si bundar yang memiliki luas 354 meter persegi itu menghadapi sapuan gelombang tsunami. Ilmu yang dikeduknya saat tsunami Aceh pada tahun 2004 silam kini sudah teruji; yaitu mendirikan bangunan dengan bahan dasar pohon kelapa yang lentur dan memiliki serat yang kuat. "Pohon kelapa tua menjadi tiang utama," terang Yon.

Setelah direndam selama tiga bulan, 16 batang pohon kelapa yang diborong dari penduduk lokal itu dibenamkan ke dalam tanah, membentuk lingkaran. Antara satu batang dengan batang yang lain diikat di tiga bagian, yaitu di bawah, tengah dan atas.

Untuk memperkuat pondasi, Yon menjumput prinsip urat pohon kelapa, yaitu terangkai erat sedemikian rupa sehingga mencengkeram ke dalam tanah. Alhasil, tiga deretan gelombang tsunami yang melalap Mentawai pada pukul 21.42 WIB itu 'hanya' membuat si bundar meliuk.

Si bundar itu memiliki tiga lantai, dengan lantai pertama merupakan area makan dengan kolom yang terbuka. Sementara itu, lantai dua merupakan tempat untuk menikmati musik; dan di lantai tiga untuk bermain biliar maupun tenis meja; sekaligus melepas pandang ke Samudera Hindia.

"Bidang kolom di lantai satu terbuat dari tripleks, dan hancur dilalap tsunami. Ini pengalaman baru agar bidang dan kolom itu terbuka saja," kata Yon. Sekitar Rp 1,5 miliar ia habiskan untuk membangun si bundar lantaran tingginya ongkos transportasi dan upah tukang.

Inilah konstruksi yang dibangun dengan mengadopsi konstruksi tradisional dan kearifan lokal, terlebih penggunaan batang pohon kelapa, penguatan pondasi bangunan dan bentuk rumah panggung yang bertingkat.

Bangunan Macaroni's itu tidak memiliki bidang datar yang langsung berhadapan dengan gelombang tsunami. "Bentuk bangunan yang bundar membuatnya kokoh saat saat tsunami datang," kata Eko Alvares, Dosen Arsitektur Universitas Bung Hatta Padang.

Segendang seperjogedan dengan Eko, Teddy Boen, Arsitek Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menunjuk si bundar sebagai bangunan yang dianjurkan untuk dibangun di pesisir pantai yang rawan tsunami. "Masyarakat dapat bertahan di pantai, tanpa harus merelokasinya," kata Teddy.


Fundrising untuk Mentawai

Akhir bulan ini, Yon akan mulai mengembalikan kawasan Macaroni's Resort untuk mengikis histeria peselancar dunia akan momok tsunami di Mentawai. Rupanya, Yon tak rela bila predikat Mentawai sebagai area surfing yang paling banyak diburu oleh peselancar dunia setelah Hawaii dan Tahiti, menguap begitu saja akibat tsunami. Pasalnya, ini bukan sekadar pariwisata, keriangan berselancar dan juga bisnis resor; tetapi periuk yang harus diisi oleh keluarga-keluarga di Mentawai.

Mentawai yang terdiri dari gugusan pulau itu selalu meninggalkan jejak cerita dan potret soal pantai yang indah, pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, dan ombak yang menantang para peselancar dari penjuru dunia. Bahkan, peselancar dunia menyebut ombak Mentawai sebagai ombak terbaik setelah Hawaii dan Tahiti.

Salah satu ombak terfavorit di Mentawai yang diburu oleh peselancar dari seantero jagat adalah ombak Macaroni yang terletak di Kecamatan Pagai Utara. Masyarakat lokal menilai ombak ini terbilang menakutkan karena bisa membuat perahu tak bisa berlayar. Toh, peselancar Amerika Serikat, Australia, Brazil, maupun Portugal menyambangi Mentawai untuk memburu ombak Macaroni ini, sekaligus menyelam maupun berenang di sekitar gugusan pulau. Dalam survei yang digelar oleh Waves Magazine pada tahun 2003 menyebutkan, 76% surfer profesional memilih ombak Macaroni sebagai ombak yang paling seru yang pernah mereka buru.

Tingginya kunjungan turis asing yang memburu ombak Macaroni ini tak urung membikin investor melirik Mentawai sebagai kawasan wisata alam nan natural yang potensial. Sebab itu, sebuah resor berkapasitas delapan bilik pun didirikan dengan pemodal dari Australia, AS dan Brasil pada tahun 2004, usai tsunami menyapu Aceh. Lantaran letaknya mendekati ombak Macaroni, nama resor ini pun Macaroni's Resort.

“Kekhawatiran tsunami waktu itu ada, tapi ini kami melihat ini peluang turis masih ada karena masih banyak turis yang datang ke Macaroni,” terang Yon.

Investor resor tak melihat sapuan tsunami ini sebagai akhir dari pariwisata Mentawai dan pudarnya kegarangan ombak Macaroni. Para pemilik modal itu berniat membangun Macaroni's Resort lagi demi menghidupkan kembali legenda ombak Macaroni yang menjadi kebanggaan peselancar dunia.

Yon menghitung, ombak paska tsunami itu lebih bagus daripada sebelum tsunami. Dus, ia yakin peselancar tak akan mengabaikan ombak Macaroni dan akan tetap bertandang ke Mentawai. Bahkan, bakal lebih banyak peselancar datang lantaran penasaran dengan kondisi ombak Macaroni pasca-tsunami. Ditambah lagi, tahun 2011 mendatang akan ada lomba selancar tingkat dunia.

Jejak serat-serat elektronik di situs macaronisresort.com pun merangkul simpati begitu banyak peselancar maupun investor untuk membangun kembali Macaroni's Resort. Penggalangan dana dibangun dengan menggandeng peselancar melalui dunia maya; bukan hanya untuk menghidupkan kembali Macaroni's Resort, tetapi juga untuk memberi ruh bagi penduduk sekitar.

Macaroni's Resort akan dibangun dengan gaya laguna; dengan kolam renang di sisi bangunan utama. Bangunan kedua yang menyerupai huruf U juga direncanakan akan dibangun di sebelah bar maupun restoran yang mengitari kolam renang. Hunian akan berada di lantai dua, dengan lantai dasar merupakan kolom terbuka. Kolom inilah untuk menadah air yang menghambur ke dalam; tanpa dinding dan pembatas.

Balkon yang memanjang akan berada di bagian atas, dengan tangga di kedua ujung balkon. Bangunan ini nantinya akan disusun dari konstruksi batu dengan kolom baja yang melesak jauh ke dalam tanah; dengan desain untuk menahan gelombang tsunami maupun gempa tremor. Meski tak akan dibangun dengan batang pohon kelapa; prinsip pembanguan kembali tetap dibalut oleh prinsip pohon kelapa.

"Dengan menaruh setidaknya US$ 50.000 untuk membangun kembali kawasan ini, kami akan menjadikan Anda sebagai bagian dari pemilik resor di surga Mentawai ini dengan lifestyle benefit maupun financial returns," kata Mark Loughran, Joint Founder Macaroni's Resort. Benar, ini adalah tawaran khusus bagi pemilik modal yang berniat membenamkan dananya di resor ini.

Filosofi pohon kelapa akan menyuguhkan mukjizat-mukjizat anyar di masa yang akan datang. Tentu saja, harus dimulai dengan membikin langkah antisipatif sekarang juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×