kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Salim group lepas 29,4% saham SILO US$ 12,59 juta


Jumat, 09 Januari 2015 / 11:26 WIB
Salim group lepas 29,4% saham SILO US$ 12,59 juta
ILUSTRASI. Direktur Utama Bank Danamon Yasushi Itagaki (tengah), Wakil Direktur Utama Danamon Honggo Widjojo (kiri) saat Business and Investment Matching Fair 2023 oleh MUFG Bank, Ltd bersama PT Bank Danamon Indonesia Tbk.


Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Anak usaha Salim Group yang tercatat di bursa Singapura Gallant Venture Ltd, melalui anak usahanya di Indonesia, PT Batamindo Investment Cakrawala telah melepas saham sebesar 29,4% di perusahaan pertambangan bijih besi PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO). Adapun nilai saham yang dilepas sebesar SG $ 16.633.903 atau setara US$ 12,59 juta. 

Executive Director dan Corporate Secretary Galant Venture Choo Kok Kiong dalam keterangan resminya di situs perusahaan pada Senin (5/1) lalu membeberkan, pelepasan saham tersebut sudah mempertimbangkan pada sejumlah faktor. Seperti pertimbangan aset dasar, posisi keuangan SILO dan kondisi pasar saat ini.

Direktur Operasional SILO Henry Yulianto mengatakan, dirinya belum mendapatkan informasi penjualan saham Galant Venture di perusahaannya. Selain itu juga, soal penjualan saham Galant Venture di SILO sepenuhnya merupakan kewenangan pemegang saham. "Pelepasan saham Gallant itu tidak akan berdampak pada operasi perusahaan. Kami tetap jalan," ujarnya kepada KONTAN, (8/1).

Saat ini, SILO tengah menyelesaikan pembangunan smelter pemurnian bijih besi dengan konstruksi sudah mencapai 40%. Untuk kapasitas produksi smelter ini sebesar 6 juta ton per tahun. Pembangunan smelter yang padat modal dan infrastruktur lainnya diperkirakan menghabiskan dana sebesar US$ 340 juta.

Sebagian dari dana tersebut didapatkan dari pinjaman pada pembeli konsentrat besi SILO asal China. Dalam situasi harga bijih besi dan mineral yang sedang anjlok seperti saat ini, Henry mengakui, tidak mudah bagi perusahaanya untuk mendapatkan pendanaan dari lembaga keuangan termasuk dari pihak perbankan.

Perusahaannya saat ini hanya mengekspor habis persediaan konsentrat besi yang masih ada. "Pasar dalam negeri belum mampu menyerap produksi konsentrat yang kami diproduksi," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×