kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,85   5,27   0.59%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sambut wisatawan, desa wisata siapkan fasilitas protokol kesehatan


Jumat, 30 Oktober 2020 / 16:14 WIB
Sambut wisatawan, desa wisata siapkan fasilitas protokol kesehatan
ILUSTRASI. Instagram?Desa Wisata Cibuntu


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor wisata dapat dikatakan vakum selama hampir delapan bulan lantaran adanya pandemi virus SARS-Cov2 (Covid-19). Pendapatan pelaku usaha di sektor wisata hingga UMKM yang mengandalkan dari kunjungan wisatawan dapat dikatakan anjlok, bahkan nol.

Kini dengan kebijakan bahwa ekonomi dan kesehatan harus berjalan beriringan, namun tetap wajib melakukan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 sektor wisata perlahan kembali siuman. Meski belum sepenuhnya kembali layaknya kondisi normal, lantaran harus ada pembatasan kapasitas agar wisatawan dapat lalukan jaga jarak.

Salah satu sektor pariwisata yang digaungkan ialah desa wisata yang tak ketinggalan bersiap sambut kembalinya pada wisatawan. Seperti Desa Wisata Umbul Ponggok di Klaten, Jawa Tengah. Suyantoko, Kepala Divisi Wisata Berdesa BUMDes Tirta Mandiri Ponggok mengungkap bahwa wisata air Umbul Ponggok harus rela tutup delapan bulan sejak Maret lalu.

Baca Juga: Kemenparekraf revitalisasi tempat wisata Bali untuk tingkatkan kualitas pariwisata

Tak tanggung-tanggung Umbul Ponggok menelan potensi kerugian lantaran delapan bulan tutup hingga Rp 18 miliar. Hal itu lantaran penutupan lalu bertepatan dengan hari libur yang selalu jadi waktu ramai kunjungan wisatawan.

Kini tepatnya 27 Oktober lalu Umbul Ponggok kembali dibuka dengan penerapan protokol kesehatan. Untuk berikan keamanan dan kenyamanan pengunjung selama pandemi, Umbul Ponggok memiliki sederet protokol bagi wisatawan yang disebut Sobat Ambyur.

Wisatawan yang ingin berkunjung bisa memilih booking melalui online sehari sebelumnya ataupun on the spot. Sebelum masuk pengunjung wajib mengisi form keterangan sehat yang disediakan. Cuci tangan, cek suhu, dan menggunakan masker wajib dilakukan pengunjung. Area Umbul Ponggok juga disemprot disinfektan sebelum buka dan ketika tutup setiap harinya. Alat snorkeling pun dibersihkan dengan cairan disinfektan dan tak boleh dipinjam-pinjamkan antar wisatawan satu sama lain.

Pengunjung juga dilarang keras untuk meludah di area Umbul Ponggok. Perihal kebersihan air umbul, Suyantoko menyebut Umbul Ponggok merupakan sumber air alami dengan debit air 800 meter kubik per detik dan selalu mengalir, maka pengunjung tak perlu khawatir. Hanya saja tetap Suyantoko menegaskan pengunjung harus tetap patuh pada protokol demi keamanan bersama.

Baca Juga: Ini strategi Puri Global Sukses (PURI) kejar kinerja di 2020 dan 2021

"Kami batasi kapasitas, hanya 20% ya sekitar 200-300 pengunjung maksimal. Kapasitas kami bisa 1.000 pengunjung kalau kondisi normal. Kami juga batasi tiap pengunjung hanya 2 jam saja, jaga jarak harus dilakukan," jelas Suyantoko kepada KONTAN.

Harga tiket Umbul Ponggok disebut Suyantoko juga masih Rp 15.000 per orang, namun saat ini 10% dari tiket akan dialokasikan untuk operasional protokol kesehatan. Untuk area foodcourt biasanya ada banyak UMKM, kini Suyantoko menyebut diatur jadi satu kelompok sehingga lebih mudah dikontrol. "Untuk penambahan fasilitas sarana prasarana itu kami kemarin ada Rp 30 juta. Kita punya 12 tempat cuci tangan, ada 4 termo gun, lalu disinfektan, sabun cuci tangan, masker untuk karyawan, front office dan pemandu kami pakai face shield, masker dan sarung tangan," ungkapnya.

Saat kondisi normal, biasanya pendapatan Umbul Ponggok ialah Rp 800 juta per bulan. Namun lantaran kondisi pandemi di sisa akhir tahun 2020 ini, pemerintah desa menargetkan Umbul Ponggok mampu berkontribusi Rp 450 juta untuk pendapatan asli desa (PADes). "Baru soft launching, pada 27 Oktober itu ada 150 pengunjung. Dari luar kota ada dari Majalengka, Jawa Barat. Kami juga baru promo lagi ini," ujar Suyantoko.

Desa wisata lainnya ialah Desa Wisata Tanalum, Purbalingga, Jawa Tengah. Desa wisata yang mengunggulkan wisata alamnya yaitu curug ini sudah lebih dulu buka pada akhir Juli 2020 lalu. Namun, meski sudah tiga bulan buka Mohamad Nur Fatah Ketua Pokdarwis Argo Wisata Lestari Desa Tanalum menyebut, wisatawan belum nampak memuncak seperti saat sebelum pandemi.

"Pengujung sebelum pandemi 50-100 orang fluktuatif, kalau liburan 100 orang lebih biasanya ramai pas libur lebaran puasa. Tiket masuk kita hanya Rp 5.000," kata Fatah.

Baca Juga: Kisah sukses Taiwan lawan pandemi, 200 hari tanpa kasus virus corona lokal

Lantaran tutup hampir 4 bulan, Desa Wisata Tanalum disebut Fatah memiliki potensi kerugian Rp 15 juta. Jumlah tersebut dijelaskan Fatah baru dihitung dari pendapatan tiket masuk. Adapun dalam setahun pendapatan Desa Wisata Tanalum mencapai Rp 100 juta lebih.

Selama ini sumber pendapatan mayoritas Desa Wisata Tanalum berasal dari paket wisata yang ditawarkan ke wisatawan. Paket wisata berupa river tubing dan repling. Biasanya untuk paket wisata river tubing dipatok Rp 75.000 per orang belum termasuk fasilitas makan, dan repling Rp 100.000 per orang dengan minimal 10 peserta.

"Biasanya yang paket wisata itu rame sama instansi pemerintah, perusahaan, kelompok atau komunitas. Satu instansi paket wisata di-booking ada yang sampai Rp 40 juta, tapi kan ini karena pandemi jadi sepi," ungkap Fatah.

Perihal pelaksanaan protokol kesehatan Fatah menerangkan, setiap pengunjung diwajibkan memakai masker dan cuci tangan. Adapun untuk jaga jarak, lantaran Desa Wisata Tanalum merupakan wisata alam jadi Fatah menjamin area disana cukup luas bagi wisatawan untuk melakukan jaga jarak.

Baca Juga: Sejumlah sektor berharap perbaikan dari liburan panjang akhir pekan ini

Mengenai berapa banyak biaya operasional yang dirogoh untuk fasilitas tambahan disana, Fatah menyebut Desa Wisata Tanalum mendapatkan anggaran dari desa. Namun sayang, jumlah anggaran tersebut tak disampaikan Fatah. "Tempat cuci tangan kita manfaatkan galon bekas lalu paling beli sabun cuci tangan seperti itu sih. Kemudian masker, face shield, dan plastik pembatas di loket. Tapi petugas kita juga cuma ada 3 orang. SDM masih kurang karena pemudanya pada memilih merantau mungkin ya," jelas Fatah.

Baik Suyantoko dan Fatah sama-sama berharap agar pandemi lekas usai Dan semua dapat kembali seperti semula terutama sektor pariwisata. Keduanya juga meyakinkan bahwa wisatawan yang ingin berkunjung, pasti dijamin kebersihan dan keamanannya.

Di luar upaya pengelolaan desa wisata dalam memberikan fasilitas protokol kesehatan, Suyantoko dan Fatah juga menekankan pentingnya bagi wisatawan untuk disiplin dalam menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 saat berwisata.

Selanjutnya: ​Keunikan Pulau Bungin, pulau terpadat di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×